BLORA, Harianmuria.com – Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Blora mengungkapkan beberapa kendala yang sering menjadi penghambat masuknya investasi di Kabupaten Blora. Salah satunya mahalnya harga tanah yang membuat investor enggan untuk menanamkan modal.
“Kendala sebagian besar terjadi saat negosiasi harga tanah. Investor menilai harga tanahnya (di wilayah Blora) ketinggian. Mereka mengeluhkan itu,” kata Kepala Bapperida Blora Mahbub Junaidi, Selasa (18/2/2025).
Menurutnya, upaya yang mampu dilakukan yaitu bernegosiasi dengan pemangku kepentingan terkait, khususnya yang ada di pihak desa guna mengatasi permasalahan tersebut.
Mahbub mengatakan saat ini ada 14 titik Kawasan Peruntukan Industri (KPI) eksisting yang telah ditentukan di 11 kecamatan. Dari total tersebut, Pemkab Blora telah menyediakan 1.224 hektare lahan yang siap digunakan untuk investasi industri.
Dari total titik yang ditentukan sudah ada sembilan KPI eksisting yang telah ditempati perusahaan. “Saat ini hanya tersisa lima titik KPI eksisting yang kosong atau belum satu pun perusahaan yang menempati,” tuturnya.
Selain harga tanah, hingga saat ini Kabupaten Blora masih memiliki kendala lain yang kerap kali dikeluhkan para investor untuk menanamkan modal. Di antaranya akses jalan provinsi yang rusak, hingga sulitnya akses air yang berada di titik KPI eksisting.
Menurut Mahbub, beberapa titik yang diminati investor terkendala karena faktor sarana prasarana. Di antaranya di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban dikeluhkan karena jalan provinsi di sana masih rusak dan sempit.
“Selain itu, ada KPI Eksisting yang berada di Pos Ngancar terkendala sumber air yang berkurang,” ujarnya.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)