PATI, Harianmuria.com – Banjir rob yang melanda Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga Juli 2025. Bencana ini telah menyebabkan kerugian besar bagi warga, mulai dari kerusakan rumah, kematian ikan tambak, hingga kerusakan infrastruktur desa.
Informasi tersebut disampaikan Kepala Desa Tunggulsari, Setyo Wahyudi, mengacu pada data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Ia mengatakan, intensitas banjir rob akan mengalami fluktuasi tiap minggu, dengan siklus pasang surut yang terus berubah.
“Biasanya, saat puncak tinggi air sudah lewat, minggu berikutnya air mulai surut secara bertahap, lalu kembali naik di minggu kelima,” kata Setyo pada Senin, 2 Juni 2025.
Banjir rob mulai merendam wilayah Tunggulsari sejak Jumat, 23 Mei 2025, dan hingga kini belum surut. Sebanyak 36 rumah warga di RT 5 tercatat tergenang air. Air rob menyebabkan kerusakan perabot rumah tangga dan barang elektronik.
“Warga sangat terdampak secara ekonomi. Barang-barang rusak, dan aktivitas ibu rumah tangga jadi terganggu,” imbuh Setyo.
Dampak serius juga dirasakan oleh pembudi daya ikan nila salin. Tambak mereka tergenang air laut dengan kadar garam tinggi, yang tidak sesuai untuk ikan nila.
“Hampir semua ikan nila mati karena kadar garam terlalu tinggi. Kami tak bisa panen. Total kerugian diperkirakan lebih dari Rp1 miliar,” ungkap Setyo.
Tak hanya rumah dan tambak, infrastruktur desa seperti jalan dan saluran air mengalami kerusakan akibat genangan yang terus-menerus. Bahkan, objek wisata Pantai Mina Mangrove juga terdampak. Ratusan pohon mangrove tua mati karena abrasi akibat banjir rob.
“Abrasi menyebabkan hilangnya pohon mangrove yang telah berusia puluhan tahun. Ini kerugian ekologis yang sangat besar,” tutur Setyo.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati segera turun tangan untuk membantu penanganan dampak banjir rob, terutama dalam hal perbaikan infrastruktur dan penanganan pasca-bencana.
“Kami butuh perhatian khusus dari Pemkab. Kalau hanya mengandalkan anggaran desa, sangat berat,” pungkasnya.
(SETYO NUGROHO – Harianmuria.com)