Harianmuria.com – Sebentar lagi, umat muslim akan kembali menyambut bulan Syaban. Baik negara maupun organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah sama-sama menentukan awal bulan ini.
Namun, terdapat perbedaan penentuan awal bulan Syaban 1444 H/ 2023 M antara kalender yang disusun oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) RI, Lembaga Falakiyah NU, dan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Menurut Kemenag RI, awal bulan Rajab 1444 H/ 2023 M yang digenapkan menjadi 30 hari akan menjadikan akhir bulan Rajab jatuh pada Selasa, 21 Februari 2023. Hal ini pun sesuai dengan ikhtibar PBNU terkait akhir Rajab dan awal Syaban pada malam Rabu 22 Februari 2023.
Sedangkan berdasarkan kalender Islam Global Tunggal yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, bulan Rajab 1444 H/ 2023 M hanya sampai hari ke-29. Sehingga bulan Rajab 2023 berakhir pada Senin, 20 Februari 2023.
Diluar dari perbedaan penentuan kalender tersebut, terdapat doa yang amat populer untuk dibaca menjelang dan sesudah memasuki bulan Rajab dan Syaban. Doa ini cukup masyhur di kalangan umat muslim meskipun statusnya berasal dari hadist dlaif.
Mengutip dari Laduni.id, menurut al-Imam Ahmad bin Hanbal seperti yang dinukil oleh Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza fi Syaban bahwa hadist dlaif boleh diamalkan secara mutlak baik yang berkaitan dengan hukum atau lainnya selama tidak ada hadits lain yang lebih mutlak. Sehingga tidak masalah apabila mengamalkan doa dalam menyambut bulan Rajab dan Syaban.
Adapun lafal doa yang dibaca pada malam satu Rajab sebegi berikut:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ
(Allahumma bariklana fi rajaba wa sya’bana wa balighna ramadhana)
Artinya: “Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Syaban, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan.”
Berikut amalan-amalan yang dapat dilakukan umat muslim selama bulan Syaban:
1. Puasa Sunah
Dari sekian banyak puasa sunah, menjalankan ibadah puasa di bulan Syaban paling banyak memiliki keutamaan. Bahkan Syekh Nawawi al-Bantani menyebut dalam Nihayatul Zein, Rasulullah SAW paling menyukai puasa di bulan ini.
2. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban
Meskipun bagi sebagian kalangan amalan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, namun amalan ini dapat dilakukan semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.
Sebagaimana dirangkum dari Tebuireng.online, tradisi yasinan di malam Nishfu Syaban pertama kali diprakarsai oleh Syekh Ahmad bin Ali Yusuf, Abu al ‘Abbas al Buni.
Kemudian Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Latha’ if al-Ma’arif fii ma Li Mawasim al ‘Am Min al Wadhaif, berkata “Para tabi’in negeri Syam seperti Khalid bin Ma’dan Makhul, Luqman bin ‘Amir dan selainnya mengagungkan malam Nishfu Syaban, dan bermujahadah dengan beribadah di dalamnya. Sungguh dikatakan, mereka telah menerima beberapa atsar israiliyah. Kemudian ketika di berbagai negeri hal tersebut terkenal berasal dari para tabi’in tersebut, maka para tabi’in yang lain menerimanya dan mengikuti mereka dalam mengagungkan malam Nishfu Syaban, termasuk sekelompok ahli ibadah Kota Bashrah dan selainnya.
Sementara amalan sunah yang dilakukan untuk menghidupkan malam ini adalah shalat sunah, membaca doa malam Nishfu Syaban, membaca surat Yasin 3 kali, memperbanyak doa dan istighfar.
3. Ziarah
Seperti yang setiap tahun dilakukan, momen bulan Syaban menjelang bulan suci Ramadhan seringkali dijadikan untuk berziarah ke malam para Auliya wa Sholihin dan orangtua yang telah meninggal.
4. Membaca Shalawat
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bulan Syaban disebut sebagai Syahrun Nabi (bulannya Nabi), sehingga dianjurkan untuk memperbanyak shalawat dan doa. (Lingkar Network | Harianmuria.com)