REMBANG, Harianmuria.com – Menuju pengujung 2022, produksi garam di Kabupaten Rembang mengalami penurunan. Faktor cuaca ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya produksi garam para petani.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang, Sofyan Cholid menyampaikan, kondisi cuaca kemarau basah menyebabkan tidak sedikit petani tambak yang memilih untuk beralih ke sektor lain.
“Faktor cuaca kemarau basah dan pendek sehingga petani garam hanya sebagian kecil yang memproduksi garam tahun ini,” kata dia, Senin (12/12).
Cholid menerangkan, petani tambak garam pada tahun ini baru mulai memproduksi garam di bulan Agustus sampai Desember. Jumlahnya pun mengamali penurunan sekitar 50 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pasalnya, pada tahun 2021 produksi garam mencapai 98.767 ton, sedangkan tahun 2022 hingga bulan Desember hanya 45.467 ton.
“Produksi sekarang turun dari tahun 2021 kisaran 50 persen. Hingga sampai saat ini bulan Desember 2022 hasil produksi garam sebanyak 45.467 ton,” terangnya.
Belum lagi, dirinya mengungkapkan harga garam di Kabupaten Rembang bulan Desember mulai melandai. Dari kualitas A seharga Rp2.800 per kilogram hingga kualitas garam B dengan harga Rp2.700 per kilogram.
Padahal harga garam pada bulan Oktober sempat naik Rp. 400 per kilogram menjadi sekitar Rp 3.200 per kilogram.
“Harga garam untuk bulan Desember per kilogram rata-rata Rp 2.700 sampai dengan Rp2.800 per kilogram” ungkapnya.
Alhasil, melandainya harga garam tersebut membuat para pengusaha menyimpan stok garam untuk sementara waktu. Hingga harga garam grosok mulai merangkak naik, para petani baru akan menjual garam yang mereka simpan ke pasaran. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)