REMBANG, Harianmuria.com – Penghentian sementara operasional PT Semen Gresik Pabrik Rembang di Kecamatan Gunem mulai berdampak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rembang. Salah satu dampak paling terasa adalah terhentinya pemasukan pajak dari sektor mineral bukan logam dan batuan (MBLB).
Berdasarkan data dari Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (BPPKAD) Rembang, sejak pabrik berhenti beroperasi pada Juni 2025, tidak ada lagi setoran pajak dari sektor MBLB. Padahal, selama masa aktif produksi, PT Semen Gresik secara rutin menyumbang rata-rata Rp1,6 miliar per bulan, atau Rp19,2 miliar per tahun ke kas daerah.
“Terakhir kali PT Semen Gresik menyetor pajak adalah pada April 2025 untuk aktivitas produksi bulan Maret. Mei dan Juni tidak ada setoran sama sekali,” kata Kabid Pendapatan BPPKAD Rembang Sumarni, Senin, 16 Juni 2025.
Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan aktivitas produksi sudah terjadi bahkan sebelum PT Semen Gresik Pabrik Rembang mengumumkan penghentian operasional secara total sejak Minggu, 1 Juni 2025
Baca juga: Akses Jalan Ditutup, PT Semen Gresik Pabrik Rembang Hentikan Produksi
Seperti diberitakan sebelumnya, penghentian operasional oleh PT Semen Gresik Pabrik Rembang dipicu oleh sengketa akses jalan tambang dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Tegaldowo.
Bupati Rembang, Harno, menyatakan bahwa pihaknya tidak tinggal diam. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) telah memfasilitasi pertemuan antara manajemen PT Semen Gresik dan Pemdes Tegaldowo untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini.
“Kami sudah mempertemukan kedua belah pihak. Namun sampai saat ini, belum ada solusi yang benar-benar disepakati bersama,” ungkap Harno.
Baca juga: Bupati Rembang Akui Mediasi Buntu, PT Semen Gresik Hentikan Produksi
Mandeknya operasional pabrik tidak hanya menggerus pendapatan daerah, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap iklim investasi di Rembang secara keseluruhan.
Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa solusi yang konkret, maka Rembang berisiko kehilangan salah satu sumber PAD terbesar serta mengalami penurunan kepercayaan dari para investor.
(VICKY RIO – Harianmuria.com)