Harianmuria.com – Kabupaten Pati memiliki kisah sejarah cukup panjang yang meninggalkan benda-benda tinggalan masa lampau. Banyaknya temuan benda-benda bersejarah seperti ditemukan di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, membuat Kabupaten Pati sangat membutuhkan museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah.
Namun kenyataannya, hingga kini Pati belum memiliki museum untuk menyimpan benda-benda purbakala, sehingga menjadi masalah tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Pati.
Kondisi ini pun mendapat perhatian dari seorang Sejarawan asal Pati yang bernama Ragil. Ia mengatakan bahwa Pati perlu memiliki museum sebagai tempat menyimpan benda-benda tinggalan masa lalu.
“Pati ini punya kisah sejarah yang cukup panjang. Ada banyak tinggalan-tinggalan seperti arca, patung, tulang manusia pra sejarah yang seharusnya disimpan di museum. Saya ingin Pati ini punya museum, masa kalah dengan kota tetangga yang sudah punya museum,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan, kurangnya perhatian Pemerintah terhadap peninggalan masa lalu yang masih tetap berada di tempat dimana benda tersebut ditemukan.
“Misalnya penemuan di Kayen atau di Gembong ini, masih berada di tempat aslinya. Beberapa disimpan dan dirawat oleh warga sekitar,” ujarnya.
Sebagai seorang Sejarawan, tentunya Ragil ingin Pati punya museum untuk memperkenalkan kepada generasi muda akan sejarah Kabupaten Pati. Ia menambahkan, bahwa dirinya hanya punya pendapat dan tidak bisa memutuskan untuk membangun museum.
“Saya tidak ingin generasi muda buta akan sejarah kotanya sendiri. Saya hanya orang biasa, tidak punya wewenang. Tapi saya berkeinginan Pati punya museum sendiri,” tuturnya.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh anggota DPRD Kabupaten Pati pada tahun 2020 lalu, dilansir dari website Smart City Pati Kab, Anggota DPRD Kabupaten Pati, Suriyanto juga berharap Kabupaten Pati punya museum sehingga tidak tertinggal dengan Kabupaten sekitar.
“Saya sangat mengapresiasi bagi masyarakat Pati, mempunyai keinginan memiliki museum yang menggambarkan budaya Bumi Mina Tani, dengan tujuan untuk mengenang sejarah para leluhur kita yang mana masih era zamannya kerajaan, agar sejarah tersebut tidak luntur,” tutur politisi dari Partai Politik Demokrat ini. (Lingkar Network | Arief Febriyanto – Harianmuria.com)