PEKALONGAN, Harianmuria.com – Sebanyak 36 biksu dari empat negara disambut hangat oleh masyarakat Kota Pekalongan dalam rangkaian perjalanan spiritual Thudong Internasional 2025.
Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu (3/5/2025), dengan titik penyambutan di wilayah Wiradesa dan Biara, yang menjadi lokasi transit para biksu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
Thudong adalah perjalanan ritual para bhante (biksu) yang dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang ribuan kilometer. Tradisi ini juga dianggap sebagai perjalanan spiritual.
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menyampaikan, kehadiran para biksu Thudong merupakan momen istimewa yang menunjukkan semangat toleransi di Kota Batik.
“Kurang lebih sama seperti dua tahun lalu, hanya lokasinya berbeda. Tahun lalu di Kanzuz Sholawat, sekarang di Biara. Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Tadi kita mulai dari Wiradesa, bahkan kegiatan ini dikawal personel TNI dan Polri,” ungkapnya.
Ia menambahkan, penyelenggaraan kegiatan ini melibatkan dukungan lintas sektoral.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Kota Pekalongan adalah kota yang sangat toleran. Ini semua berkat dukungan dari Kementerian Agama, Pemerintah Kota, FKUB, dan elemen lainnya. Mudah-mudahan semangat seperti ini terus terjaga agar Pekalongan semakin baik,” tandasnya.
Tahun ini, kehadiran para biksu menjadi lebih semarak karena tidak hanya berasal dari Thailand, tetapi juga dari Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan bahkan Amerika Serikat.
“Ini tentu menjadi hal yang sangat membanggakan,” imbuh Wali Kota.
Sementara itu, Penanggung Jawab Thudong Internasional 2025 Prabu Dias menjelaskan, perjalanan dimulai dari Bangkok, Thailand, pada 6 Februari 2025. Para biksu menempuh perjalanan darat sejauh ribuan kilometer melintasi Thailand selama 41 hari, Malaysia selama 29 hari, dan Singapura selama 4 hari, sebelum tiba di Indonesia melalui Batam pada 16 April 2025.
“Setelah istirahat di Batam, kami melanjutkan perjalanan ke Supamahat dan memulai perjalanan ke Candi Borobudur sejak 20 April. Hari ini kami resmi tiba di Pekalongan, dan akan terus berjalan hingga mencapai puncak stupa Borobudur pada 10 Mei 2025 pukul 17.00 WIB,” terang Prabu.
Usai tiba di Borobudur, para biksu akan mengikuti rangkaian prosesi Waisak, termasuk pengambilan air suci di Jumprit, Rasa Manggung, pada 11 Mei, dan prosesi utama Waisak pada 12 Mei. Mereka dijadwalkan berada di Jakarta pada 13 Mei, lalu kembali ke negara masing-masing pada 14 Mei 2025.
Prabu mengaku terharu dengan sambutan luar biasa masyarakat Indonesia. “Di sepanjang jalan, mungkin ada ratusan ribu orang dari berbagai agama menyambut kami dan memberi makanan serta minuman,” tuturnya
“Para banthe sampai bilang,‘Indonesia adalah rumah kedua kami.’ Ini tidak mereka temui di negara lain, bahkan ada yang pernah dirampok saat Thudong,” sambung Prabu.
Khusus di Kota Pekalongan, Prabu menilai penyambutan dilakukan dengan sangat istimewa.
“Forkopimda hadir lengkap, bahkan Pak Wali Kota menyambut langsung. Di sepanjang Pulau Jawa, baru Pekalongan yang menyambut sekomplet ini. TNI, Polri, dan berbagai organisasi lokal turut membantu menjaga dan mendampingi para banthe,” ujarnya.
(FAHRI AKBAR – Harianmuria.com)