REMBANG, Harianmuria.com – Kota Pusaka Lasem disebut sebagai ikon moderasi antarumat beragama di Kabupaten Rembang. Hal itu mengacu pada keragaman budaya, agama, serta kekayaan warisan sejarah yang ada di Lasem.
Moderasi beragama merupakan sebuah cara untuk belajar menghormati perbedaan, berdialog dengan baik, dan menciptakan kerukunan antarumat beragama. Hal ini bisa terlihat dari bangunan kuno yang terdapat di sepanjang jalan dan gang masuk menuju perkampungan Kota Pusaka Lasem.
Di sana juga terlihat warga dari berbagai etnis, agama, dan budaya kumpul jadi satu di sebuah warung kecil. Mereka minum kopi, makan, dan bersenda gurau seakan lahir dari satu etnis, agama, dan budaya yang sama.
Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro’ menyampaikan, Kota Pusaka Lasem merupakan ikon moderasi yang ada di Kabupaten Rembang. Pasalnya, di sana memiliki keragaman budaya, etnis, dan agama dari Konghucu, Buddha, dan Islam yang hidup rukun.
“Ada pesantren, ada Masjid, Klenteng juga ada di situ (Lasem). Ini (Kota Pusaka Lasem) juga merupakan ikon buat Kabupaten Rembang. Ikon toleransi, ikon kerukunan antarumat itu bisa masuk di Lasem,” ujar Gus Hanies, sapaan akrabnya.
Ia tak menampik jika masih banyak masyarakat Kabupaten Rembang yang belum mengetahui istilah moderasi beragama. Meskipun demikian, Gus Hanies yakin kerukunan beragama di Kota Garam-julukan Kabupaten Rembang sudah terjalin sejak dulu.
“Di Rembang tidak terlalu masif karena memang sudah moderat umat-umat beragama di Rembang. Berdasarkan data, tidak ada konflik agama di Rembang. Kalau di luaran banyak dan masih ada. Tentu Kemenag menyadari hal ini, apalagi tahun politik rawan juga,” jelasnya.
Adik Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu, moderasi umat beragama pada dasarnya merupakan program dari Kementerian Agama (Kemenag). Dalam hal ini, kata dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang hanya mensupport melalui forum kerukunan umat beragama (FKUB) dan forum kerukunan budaya.
“Di Rembang sudah sangat bagus (moderasi beragama). Di Lasem bisa dilihat semua umat beragama moderat semuanya. Ada pondok pesantren, ada vihara, ada klenteng. Tantangan terbesarnya ya kampanyenya (moderasi beragama) masih kurang masif,” ujarnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)