REMBANG, Harianmuria.com – Lantaran LPG 3 kilogram atau gas melon sulit didapat, sejumlah warga di Desa Pamotan, Rembang mulai beralih menggunakan biogas untuk keperluan rumah tangga.
Maskur, salah satu warga setempat, mengungkapkan keluhannya terkait sulitnya mendapatkan LPG 3 kilogram.
Banyak dari mereka yang terbiasa membeli LPG di warung-warung terdekat kini harus menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer untuk mendapatkan pasokan gas tersebut.
“Sulit banget. Biasanya ada di warung-warung kecil, sekarang sudah tidak ada,” ungkapnya di Rembang pada Selasa, 4 Februari 2025.
Dalam beberapa hari terakhir, ia bahkan belum bisa membeli tabung baru. Namun, di tengah kesulitan itu, warga mulai beralih menggunakan biogas sebagai alternatif untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
Rumah Maskur dilengkapi dengan kompor kecil yang terhubung dengan biogas, hasil dari program pemerintah desa.
Sekitar 100 meter dari rumahnya, terdapat kandang sapi yang menjadi sumber produksi biogas, di mana kotoran ternak diolah menjadi bahan bakar yang dialirkan ke rumah-rumah warga.
“Biogas cukup membantu dalam menghemat pemakaian LPG. Biasanya satu bulan pakai dua tabung, sekarang hanya sekitar satu setengah tabung,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Desa Pamotan, A. Masykur Ruhani, menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya mengenalkan biogas sebagai solusi hemat energi bagi warga.
“Saat ini kami gratiskan dulu, sekaligus mensosialisasikan ke masyarakat bahwa gas ini aman digunakan,” katanya.
Ia juga merasakan keprihatinan warga yang harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan LPG.
“Kasihan juga kalau harus berjalan jauh,” tambahnya.
Dampak dari kebijakan distribusi ini tidak hanya dirasakan oleh warga, tetapi juga oleh para pengecer. Program biogas ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat Desa Pamotan.
Dengan dukungan pemerintah desa dan partisipasi warga, biogas menjadi solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi ketergantungan pada LPG, tetapi juga menjadikan peluang untuk masyarakat. (Vicky Rio | Harianmuria.com)