SALATIGA, Harianmuria.com – Ratusan pedagang pasar pagi di kompleks Pasar Raya 1 Salatiga menggelar aksi damai untuk menolak rencana Pemerintah Kota (Pemkot) merelokasi mereka ke Pasar Rejosari, Sabtu (26/4/2025).
Para pedagang menolak rencana tersebut karena tidak ada sosialisasi sebelumnya. Dalam aksinya, mereka membentangkan poster bertuliskan #SavePasarPagi.
Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Pagi Salatiga Reny Mulyaningsih mengatakan, sejak rencana relokasi itu bergulir sampai sekarang belum ada audiensi perwakilan pedagang dengan Wali Kota Salatiga Robby Hernawan.
“Aksi pedagang bentuk protes kepada pemerintah (Pemkot Salatiga). Sebab rencana pemindahan pedagang tidak ada sosialisasi,” ujarnya.
Reny mengungkapkan, awalnya pada tanggal 17 April 2025, perwakilan pedagang Pasar Pagi dipanggil Dinas Perdagangan Salatiga untuk sosialisasi program 100 hari kerja Wali Kota Salatiga. Namun, ternyata isinya relokasi para pedagang.
“Lalu, tidak lama Dinas sudah membuat pemetaan di lokasi Pasar Rejosari, Padahal, sosialisasi ke semua pedagang belum berjalan,” terangnya.
Baca juga: DPRD Salatiga Tolak Rencana Relokasi Pasar Pagi ke Rejosari, Minta Pemkot Kaji Ulang
Reny menyatakan, mayoritas pedagang menolak rencana relokasi ke Pasar Rejosari. Pedagang sudah berjualan selama 28 tahun sehingga hubungan dengan konsumen telah berjalan cukup lama. Kemudian, apabila para pedagang dipindah tentu berdampak pada penghasilan.
“Kami juga buat jajak pendapat sebelum ada aksi damai penolakan itu. Dari jajak pendapat melalui Google Form itu muncul angka 97,5 persen memilih menetap berjualan di Pasar Raya 1,” tuturnya.
Selain mengkhawatirakan dampak relokasi pada berkurangnya pelanggan, para pedagang juga khawatir jika setelah direlokasi justru lokasi lama memunculkan pasar pagi lain dengan pedagang yang baru.
Menurut Reny, selama ini untuk memenuhi kebutuhan penerangan pedagang telah melakukan pengadaan secara mandiri sebanyak 50 titik lampu. Kemudian, dari segi pengamanan juga telah dibentuk tim khusus. Kewajiban membayar retribusi pun rutin dibayar melalui e-Retribusi meskipun sedang libur berjualan.
“Kami berjualan juga berdampingan dengan pedagang liar tetapi belum ditertibkan dinas. Bahkan, mereka berjualan terus tetapi tidak dikenai retribusi. Kebanyakan mereka berjualan di areal khusus parkir kendaraan,” bebernya.
Ia menambahkam, sekarang jumlah pedagang Pasar Pagi Salatiga ada sebanyak 863 orang, yang terdiri dari berbagai macam kelompok mulai bumbu dapur, ikan basah, aneka makanan, sayuran, ayam potong dan lainnya. Mereka semua tertib secara administrasi memiliki kartu identitas pedagang dan sebagainya.
“Kami berharap Pemkot membatalkan rencana relokasi pedagang Pasar Pagi Salatiga. Terlebih lokasi Pasar Rejosari yang dinilai sempit untuk berjualan, belum termasuk di sana dilalui jalur cepat kendaraan dikhawatirkan memicu kecelakaan,” tungkapnya.
(ANGGA ROSA – Harianmuria.com)