PEKALONGAN, Harianmuria.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan menunjukkan kepedulian terhadap keberlangsungan hidup para tukang becak yang kini kian terpinggirkan di tengah maraknya moda transportasi modern.
Dalam pertemuan di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pekalongan pada Selasa, 17 Juni 2025, Wali Kota Afzan Arslan Djunaid berdialog langsung dengan para pengayuh becak untuk mendengar aspirasi dan mencari solusi konkret.
“Becak adalah bagian dari identitas Kota Pekalongan. Kami ingin mereka tetap hidup dan eksis sebagai moda transportasi tradisional yang punya nilai budaya,” kata Wali Kota yang akrab disapa Mas Aaf.
Data dari Dishub Kota Pekalongan menunjukkan jumlah tukang becak aktif kini hanya tersisa sekitar 250 orang, dari semula sekitar 850 orang. Penurunan drastis ini disebabkan oleh minimnya penumpang serta persaingan dengan transportasi daring seperti ojek online dan taksi digital.
“Banyak tukang becak sekarang hanya dapat satu atau dua penumpang dalam sehari. Ini tentu jadi perhatian serius,” ujar Aaf.
Sebagai salah satu solusi, Pemkot tengah mengkaji kemungkinan memodifikasi becak menjadi kendaraan yang lebih ringan, seperti becak motor (bentor) atau becak listrik. Kajian akan mencakup aspek regulasi dan manfaat langsung bagi pengayuh.
“Apakah memungkinkan ke depan ada bentor atau becak listrik? Akan kami kaji dulu. Yang penting, kami mendengar aspirasi mereka,” kata Aaf.
Selain modifikasi becak, Pemkot juga mempertimbangkan pemanfaatan becak sebagai moda transportasi wisata religi, khususnya di kawasan Makam Sapuro. Namun, wacana ini masih menunggu kesiapan lahan parkir bus peziarah yang representatif.
“Kalau lahan parkir sudah siap, becak bisa jadi shuttle antar peziarah. Ini bisa jadi daya tarik wisata,” jelasnya.
Dalam dialog tersebut, para tukang becak juga mengusulkan beberapa kebutuhan dasar, seperti perbaikan atap dan jok becak, pangkalan yang lebih layak, serta modifikasi desain becak agar lebih ergonomis. Pada 2019, Dishub sempat memfasilitasi pengecatan becak dengan motif batik dan penggantian jok sebagai bagian dari pelestarian budaya.
Kepala Dishub Kota Pekalongan, M Restu Hidayat, mengatakan bahwa tahun ini pihaknya akan kembali melakukan pendataan menyeluruh untuk menyusun program bantuan yang lebih tepat sasaran.
“Kami ingin memastikan becak tetap eksis sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan dan bagian dari wajah kota,” ungkap Restu.
Mas Aaf menegaskan, pelestarian becak tidak hanya soal transportasi, tapi juga bagian dari pelestarian budaya lokal, pemberdayaan masyarakat kecil, dan upaya agar tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam pembangunan kota.
“Ini bukan semata urusan becak, tapi tentang keberpihakan dan menjaga nilai-nilai lokal yang menjadi jati diri Pekalongan,” tutupnya.
(FAHRI AKBAR – Harianmuria.com)