SEMARANG, Harianmuria.com – Keterbatasan fisik tidak memupuskan semangat penyandang tunanetra muslim di Semarang untuk menuntut ilmu agama di bulan suci Ramadan.
Mereka dengan penuh kesungguhan mengisi bulan penuh berkah ini dengan kegiatan belajar membaca Al-Qur’an Braille di Pondok Pesantren Sahabat Mata, Semarang.
Setyo, salah satu peserta, menggambarkan suasana khidmat saat lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar di pondok tersebut. Dengan jemari yang teliti menyusuri titik-titik timbul pada lembaran Al-Qur’an Braille, mereka melafalkan ayat demi ayat dengan penuh kesabaran dan ketekunan.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari program Ikatan Tunanetra Muslim Kota Semarang yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an Braille,” kata Setyo, Sabtu, (29/3/2025).
Pelatihan dilakukan secara berkelompok berdasarkan tingkat kemampuan, mulai dari pemula, sedang, hingga mahir. Setiap kelompok didampingi oleh seorang instruktur yang membantu mereka dalam proses belajar.
Menurut Ketua Pengurus Daerah Ikatan Tunanetra Muslim Kota Semarang Andi Setiono, selain untuk memperlancar bacaan Al-Qur’an, kegiatan tadarus ini juga menjadi ajang mempererat kebersamaan di antara mereka.
“Keterbatasan bukanlah hambatan bagi kami. Dengan semangat dan kebersamaan, kami tetap bisa mengikuti kegiatan keagamaan yang bagi sebagian orang mungkin terasa sulit,” tandasnya.
Baca juga: Siswa Tunanetra PPSDN Kudus Antusias Belajar Al-Qur’an Braille Selama Ramadan
Al-Qur’an Braille merupakan mushaf khusus yang digunakan oleh para penyandang tunanetra. Berbeda dengan mushaf biasa, Al-Qur’an ini menggunakan huruf-huruf timbul yang harus diraba dengan ujung jari. Meski metode pembacaannya berbeda, isi dan makna tetap sama seperti Al-Qur’an biasa.
“Untuk dapat membaca Al-Qur’an Braille dengan lancar diperlukan kepekaan jari, koneksi antara rabaan dengan pikiran, serta kemampuan pelafalan yang baik,” terang Andi.
Kegiatan belajar Al-Qur’an Braille ini telah menjadi rutinitas bagi para tunanetra Muslim di Semarang, terutama di bulan Ramadan. Mereka terus berupaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai bentuk ibadah dan kecintaan mereka terhadap kitab suci.
Semangat mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk tetap beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
(RIZKY S – Harianmuria.com)