SEMARANG, Harianmuria.com – Realisasi investasi di Jawa Tengah (Jateng) sepanjang tahun 2024 mencapai Rp88,4 triliun. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan sebesar Rp80,1 triliun.
Capaian ini disampaikan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jateng, Sakina Rosellasari, di kantornya, Kamis (13/2/2025).
Berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp68,67 triliun, serta dari sektor Usaha Mikro Kecil (UMK) sebanyak Rp19,77 triliun.
“Realisasi investasi dari triwulan I hingga IV mencapai Rp88,44 triliun, naik 114 persen dibandingkan tahun 2023 yang hanya Rp77,02 triliun. Total jumlah proyek mencapai 65.815 dengan serapan tenaga kerja sebanyak 411.013 orang,” jelas Sakina.
Sektor industri yang paling banyak diminati oleh PMA masih didominasi oleh industri barang dari kulit dan alas kaki, disusul industri tekstil. Sementara untuk PMDN, sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menjadi yang utama.
Secara nasional, Jateng menempati peringkat keempat dalam capaian investasi di Pulau Jawa, setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Meskipun berada di posisi keempat dalam jumlah investasi, Jateng menjadi provinsi dengan serapan tenaga kerja tertinggi di Pulau Jawa.
“Kami memang kalah dalam nilai investasi dibanding provinsi lain, tetapi dari segi penyerapan tenaga kerja, Jawa Tengah yang tertinggi,” ujar Sakina.
Beberapa daerah di Jateng yang paling diminati investor asing adalah Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Demak, Kota Semarang, serta Kabupaten Jepara. Daerah-daerah ini memiliki kawasan industri dan ekonomi khusus yang menjadi daya tarik utama bagi para investor.
“Kabupaten Kendal menjadi yang tertinggi, disusul oleh Demak, Batang, dan Jepara. Ini menjadi tantangan bagi Pemprov Jateng untuk terus menambah kawasan industri, terutama di wilayah tengah,” katanya.
Saat ini, kawasan industri di Jateng masih terkonsentrasi di wilayah Pantura, seperti di Kota Semarang, Kendal, Batang, dan Demak. Sementara di bagian selatan, hanya Cilacap yang memiliki kawasan industri.
“Kami terus mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi di kawasan industri karena masih ada lahan yang dialokasikan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) untuk industri, terutama di bagian tengah Jawa Tengah,” tambah Sakina.
Pemprov Jateng berkomitmen untuk terus mempromosikan dan memfasilitasi investasi di kawasan industri agar pertumbuhan ekonomi semakin merata di seluruh wilayah Jateng.
(RIZKY S – Harianmuria.com)