KUDUS, Harianmuria.com – Pembangunan Kolam Retensi Jati tahap pertama yang bertujuan untuk mengurangi banjir di wilayah Kudus telah rampung.
Dengan kapasitas tampung mencapai 25 ribu meter kubik, sistem ini beroperasi penuh dengan lima unit pompa utama. Namun, sejumlah titik permukiman masih mengalami genangan akibat perbedaan elevasi tanah dan tumpukan sampah di saluran drainase.
Direksi Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Nizar Raharjo menjelaskan bahwa kolam retensi ini memiliki tiga pompa berkapasitas 1.500 liter per detik, dua pompa 500 liter per detik, serta satu pompa lomper 50 liter per detik.
“Seluruh pompa sudah berfungsi optimal, tetapi genangan masih terjadi di beberapa lokasi dengan elevasi lebih rendah dari muka air banjir yang direncanakan,” ujarnya di Kudus, Senin (3/2/2025).
Menurutnya, genangan ini terjadi karena beberapa permukiman berada di bawah elevasi plus lima meter. Oleh karena itu, solusi tambahan masih diperlukan agar sistem ini bekerja lebih efektif.
Setelah sukses di tahap pertama yang mencakup Jati Wetan dan Jati Kulon, proyek ini akan memasuki tahap kedua dengan cakupan lebih luas. Meliputi Wates, Undaan, dan Karangkong.
“Saat ini, tahap kedua masih dalam kajian. Kami akan mengevaluasi kemungkinan penambahan pompa serta normalisasi sungai untuk meningkatkan efektivitasnya,” kata Nizar.
Meski sistem pompa otomatis mulai bekerja saat elevasi air mencapai dua meter, intensitas hujan yang tinggi beberapa pekan terakhir menjadi tantangan tersendiri. Selain faktor teknis, tumpukan sampah juga menjadi hambatan dalam operasional kolam retensi.
Nizar menyebut ada selisih tinggi hampir satu meter antara drainase dan kolam, sehingga sampah mudah menyumbat aliran air.
“Kami rutin melakukan pembersihan, termasuk bersama masyarakat agar aliran air tetap lancar,” ucapnya.
Anggota Komisi C DPRD Kudus Rochim Sutopo menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah.
“Tumpukan sampah di pintu pengendali air masih menjadi masalah utama. Jika masyarakat lebih disiplin, sistem ini bisa bekerja lebih efektif,” ujarnya.
Rochim pun mengapresiasi langkah BBWS Pemali Juana dalam menyelesaikan proyek ini. Dengan anggaran hampir Rp 370 miliar, sistem polder ini dinilai cukup efektif meskipun masih ada desa seperti Goleng dan Pasuruhan Lor yang tergenang. “Kami akan mengusulkan percepatan tahap kedua agar manfaatnya bisa dirasakan lebih luas,” ucapnya. (FAHTUR ROHMAN – Harianmuria.com)