PEKALONGAN, Harianmuria.com – Seorang pemuda asal Kota Pekalongan, M Rayhan I’tisham, berhasil menciptakan alat ukur kecerdasan finansial yang mendapat pengakuan internasional.
Inovasi ini tak hanya menjadi terobosan dalam bidang psikologi dan ekonomi, tetapi juga berpotensi membantu pemerintah serta lembaga keuangan dalam menyusun kebijakan yang lebih efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rayhan, yang kini menempuh studi Magister Psikologi di Universitas Negeri Malang, mengembangkan alat ukur ini dengan pendekatan Rasch Model Analysis. Penelitiannya didasarkan pada konsep bahwa kecerdasan finansial tidak hanya mencakup literasi keuangan, tetapi juga kemampuan kognitif dan emosional dalam mengambil keputusan ekonomi.
“Selama ini, kecerdasan finansial sering disamakan dengan literasi finansial yang hanya berfokus pada pengetahuan. Padahal, kecerdasan juga mencakup pemrosesan informasi, regulasi emosi, dan pengambilan keputusan,” ujar Rayhan saat dikonfirmasi, Rabu (19/3/2025).
Penelitian Rayhan mendapat perhatian akademik internasional. Ia berkolaborasi dengan University College MAIWP International (UCMI) Malaysia di bawah bimbingan Assoc Prof Dr Harris Shah Abd Hamid, seorang ahli Rasch Model. Selain itu, ia juga berdiskusi langsung dengan Prof Trevor G Bond, tokoh dunia dalam bidang tersebut.
Tak hanya itu, alat ukur ini telah diterjemahkan ke dalam tiga bahasa – Indonesia, Inggris, dan Thailand – serta sedang diuji coba di tiga negara ASEAN. Langkah ini menjadi bagian dari integrasi penelitian dengan program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Rayhan menegaskan bahwa alat ini memiliki dampak luas, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini memperkaya kajian psikologi ekonomi, sedangkan secara praktis, alat ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti, pendidik keuangan, serta pemangku kebijakan dalam menilai dan meningkatkan kecerdasan finansial masyarakat.
“Dalam jangka panjang, alat ini diharapkan membantu pemerintah memahami pola perilaku keuangan masyarakat, yang nantinya berkontribusi pada penanggulangan kemiskinan sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs),” bebernya.
Untuk makin meningkatkan fungsionalitasnya, pada tahun 2025, penelitian ini mendapat pendanaan untuk dikembangkan berbasis Artificial Intelligence (AI). Selain itu, alat ukur ini juga telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional serta Pameran Hasil Penelitian Universitas Negeri Malang pada November 2024.
Saat ini, dua artikel ilmiah yang membahas alat ukur ini tengah dalam tahap review round 2 di jurnal internasional bereputasi Scopus kategori Q2 dan Q4.
Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Kota Pekalongan M Haidar Fikri Kurniali, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian Rayhan.
“Rayhan membuktikan bahwa pemuda Pekalongan mampu berkontribusi dalam penelitian bertaraf internasional, bahkan mencapai level inovasi yang berdampak global. Kami berharap alat ukur ini menjadi standar baru dalam mengukur kecerdasan finansial di berbagai negara,” tandasnya.
(FAHRI AKBAR – Harianmuria.com)