JEPARA, Harianmuria.com – Bengkel Ukir Khasanah tampak sibuk mengerjakan sejumlah pesanan, pada Selasa (17/1). Bengkel yang terletak di Kelurahan Demaan, Kecamatan/Kabupaten Jepara itu milik salah satu pegiat ukir bernama Ali Ahmad.
Memiliki bengkel ukir merupakan cita-cita Ali sejak kecil. Ia bercerita, pada 1998 di tengah gonjang-ganjing ekonomi Indonesia, Ali justru mendirikan bengkel Bengkel Ukir Khasanah yang mampu bertahan hingga saat ini.
“Bengkel ini sudah cita-cita dari SD. Karena guru saya waktu itu memacu untuk wiraswasta. Saya ngajarin anak-anak untuk ukir sekaligus secara mandiri pada tahun 1998 bengkel ini berdiri, ” ungkapnya.
Ia mengaku telah menekuni dunia ukir sejak duduk di bangku SMP. Tekadnya untuk terjun ke dunia ukir pun kian bulat, karena ia tak ingin meneruskan pekerjaan orangtuanya sebagai nelayan.
Di sisi lain, lingkungan Jepara yang penuh dengan seniman ukir menjadikan Ali turut andil dalam membentuk kualitas dirinya sampai saat ini. Ditambah dengan dorongan ekonomi, dirinya terpacu untuk terus maju dan berkembang lebih kuat.
Dari rasa kecintaan pada ukir dan proses panjang yang telah ditempuh Ali itulah yang membuat hasil ukirannya semakin menarik. Seperti daya tarik yang tersaji pada nuansa elegan dan rapi di setiap ukirannya. Dirinya mengaku tidak pernah menggunakan amplas pada karyanya.
Karena kualitas ukirannya yang bagus itu, tidak heran jika Ali menerima ribuan pesanan. Entah dari pasar nasional maupun mancanegara.
Saat ini dirinya banyak mendapatkan pesanan dari negara di Timur Tengah. Untuk memenuhi keinginan pasar itulah, Ali akhirnya mengubah Bengkel Ukir Khasanah yang biasa memahat relief menjadi ukir kaligrafi.
“Ada buyer dari Timur Tengah, karena dimintai banyak banget langsung saya banting stir ke kaligrafi pada awal tahun 2000-an. Karena dibandingkan yang lain menjanjikan kaligrafi. Saya langsung mangkat ke kaligrafi,” ujarnya.
Biasanya, Ali menerima pesananan dari kota-kota yang ada di Arab Saudi. Diantaranya seperti Kota Riyadh dan Madinah yang tengah menjadi pelanggan karyanya saat ini.
“Memang (pesanan) kaligrafi sudah keluar negeri, tapi dari Riyad itu pesanan yang paling asik, karena relief hingga kaligrafi bisa dipadukan. Jadi ilmu saya masuk semua,” ujarnya sembari tersenyum.

Kini, Bengkel Ukir Khasanah itu telah memiliki banyak karyawan. Bahkan, tidak jarang pula Ali memperkerjakan ibu-ibu di sekitar bengkelnya untuk ikut membantu ketika ketika pesanannya membludak.
Namun pascapandemi ini, ia mengaku belum mendapat pesanan dari luar negeri lagi dan kebanyakan masih dari dalam negeri.
Di sisi lain, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara Eriza Rudi Yulianto mengatakan akan terus mendukung eksistensi ukir di wilayahnya. Pihaknya pun akan mengadakan pameran, baik skala nasional atau internasional.
“Ke depan kami juga akan gagah pameran internasional untuk kerajinan ukir ini. Bahkan keinginan kami tidak lagi Jakarta yang menjadi tuan rumah, melainkan Jepara sendiri. Sehingga para pengrajin ini dapat mengikuti semua,” ujarnya.
Dirinya juga sudah melakukan berbagai diskusi untuk menjawab tantangan para seniman ukir Jepara, utamanya soal regenarasi. Ia menyarankan perlakuan para anak muda seharusnya dibedakan dengan metode lama.
“Kalau pemuda disuruh mengukir dari dosen hingga membubuti manual maka ini tidak relevan jadi harus ada keterlibatan teknologi yang mulai berbicara tapi tetap untuk finishing menggunakan tangan agar karakter ukiran Jepara tetap ada,” tutupnya. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Harianmuria.com)