KAB.SEMARANG, Harianmuria – Kaum muslimin di tanah air tentu sudah akrab dengan peci, yang menjadi alat pelengkap saat beribadah salat.
Kini di pasaran sedang tren peci unik, namanya peci blangkon. Peci ini hampir menyerupai blangkon yang merupakan penutup atau ikat kepala laki-laki dalam tradisi busana adat Jawa
Muhadi (43) atau yang akrab disapa dengan nama Kang Hadi, pria asal Dusun Krajan, Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang membuat sekaligus membuat peci blangkon ini nge-trend di kalangan kaum muslimin.
Tidak hanya di pasaran lokal saja, peci blangkon ini bahkan mampu menembus pasar internasional, khususnya di Paris, Prancis.
“Betul, peci blangkon ini saya pasarkan sendiri dan juga melalui jasa reseller. Alhamdulillah pasarnya sudah sampai ke Paris di Prancis. Banyak yang terjual sampai di Paris, yang kebetulan itu pasarnya reseller saya,” kata Kang Hadi di rumahnya, Kamis (6/3/2025).
Dengan nama brand UMKM milik Kang Hadi, yaitu Bla and Bak atau bisa dibaca dengan kata Blabak, aneka peci blangkon ini dibuat, dari berbagai ukuran, motif, hingga corak kain. Dibantu istri tercinta, dan satu hingga dua pegawai, Kang Hadi membuat satu persatu peci blangkon itu di teras rumahnya.
“Awalnya itu sejak tahun 2019, di awal pandemi. Waktu itu saya sempat merantau di Jakarta, lalu pulang dan bingung mau bikin usaha apa. Karena saya besar di ponpes (pondok pesantren), dan sejak itu saya tidak suka pakai peci yang modelnya biasa saja, saya coba-coba bikin peci blangkon ini,” ungkapnya.
Berawal dari rasa ketidaksukaanya dengan model peci yang ada di pasaran inilah, Kang Hadi coba-coba membuat peci blangkon dengan corak aneka batik. Mulai dari batik khas Kabupaten Semarang yang disebut Gagrak, dan motif-motif batik serta motif kain lainnya.
Saat itu ia meminta teman-temannya di ponpes untuk mencoba peci buatannya. Kemudian ia mendapatkan masukan dari mereka untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan nyaman dipakai.
“Dari saran dan kritik teman-teman itulah, saya mulai benahi satu persatu, hingga akhirnya menemukan pola yang pas atau sesuai dengan produk peci blangkon saya sekarang ini,” jelasnya.
Kang Hadi saat ini sudah memiliki tiga reseller yang turut memasarkan produk peci blangkonnya itu. Untuk satuan harga peci blangkon buatan Kang Hadi ini dijual di kisaran Rp60 ribu sampai Rp65 ribu.
Ia mengaku omzet penjualannya naik berlipat ketika masuk bulan Ramadan. “Kalau di saat bulan Ramadan seperti ini, penjualannya bisa sampai dua hingga tiga kali lipat dari penjualan hari-hari biasanya. Di hari biasa sebulan itu bisa 150 buah saya jual, kalau Ramadan bisa terjual sampai 300 bahkan 450 peci blangkon,” katanya.
Kang Hadi mengungkapkan pasar peci blangkonnya mencakup banyak daerah di Indonesia. Antara lain beberapa daerah di Sumatera seperti Riau, Jambi, dan Lampung. Lalu Pacitan di Jawa Timur, kemudian di Yogyakarta pecinya juga laku keras.
“Memang pasar peci blangkon saya ini di pondok-pondok pesantren. Ya, masyarakat biasa juga banyak yang beli. Alhamdulillah bisa sampai Paris juga penjualannya,” terang Kang Hadi lagi.
Untuk mencari bahan baku peci blangkon itu, Kang Hadi tidak mengalami kesulitan. Ia bisa mendapatkannya di sekitaran Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.
“Bahannya di dekat-dekat Tengaran sini banyak, hanya saja untuk kain batik dan kain motif itu biasanya saya dapatkan tidak hanya di Tengaran, tapi sampai di Kota Salatiga, bahkan Solo dan Jogja,” lanjutnya.
(HESTY IMANIAR – Harianmuria.com)