BLORA, Harianmuria.com – Masjid Agung Baitunnur merupakan masjid yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Islam tertua di Kabupaten Blora.
Masjid ini berlokasi di Kelurahan Kauman, Kecamatan Blora. Letaknya di jantung Kota Blora, karena berdiri di sebelah barat Alun-alun Kota Blora, yang juga berdekatan dengan kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora.
Masjid Baitunnur beralamat di Kelurahan Kauman, Kecamatan Blora, tepatnya di jantung Kota Blora karena bersebelahan dengan Alun-alun Kota Blora.
Kompleks masjid ini terdiri atas bangunan induk dan serambi. Bangunan induk beratap susun tiga. Pada bagian puncaknya terdapat mustaka dari logam.
Komponen artefak kuno yang terdapat di masjid dan serambi antara lain mimbar dari kayu berukir, maksurah, dan dua buah beduk.
Masjid ini dibangun pada tahun 1722 dan pelaksanaan pemugaran pertama dilakukan oleh Bupati RT Djajeng Tirtonoto pada tahun 1774 dengan Surya Cengkala ‘Catur Pandhita Sabdaning Ratu’.
Selain itu terdapat penanda bahwa masjid tersebut telah mengalami pemugaran di masa lalu. Antara lain prasasti berhuruf Jawa di atas ambang pintu masuk ke ruang utama dan angka tahun 1892 di daun pintu.
Pada pintu selatan terdapat angka tahun 1822 dan pintu sebelah utara 1310 H. Pada mimbar terdapat angka tahun dengan huruf Arab dan Jawa, dan terbaca 1718 (Tahun Saka) yang mengindikasikan mimbar tersebut dibangun tahun 1791 Masehi.
Baca juga: Berusia 3 Abad, Masjid Agung Baitunnur Blora Ditetapkan sebagai Masjid Bersejarah
Setelah beberapa pemugaran di era kolonial, Masjid Agung Baitunnur kembali dipugar pada 1968 dan 1975 oleh Bupati Supadi Yudhodharmo, dengan menambahkan sebuah menara di sisi kiri serambi masjid.
Pemugaran terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Bupati Djoko Nugroho dengan Wakil Bupati waktu itu Arief Rohman, yang menyesuaikan dengan kebutuhan modern tanpa menghilangkan keaslian arsitekturnya.
Baca juga: 7 Tempat Wisata Religi di Blora yang Populer
Sesuai dengan karakteristik masjid negara di Jawa mungkin juga di Indonesia, ada kaitannya dengan makam orang-orang yang dianggap penting seperti para raja dan wali. Tidak jauh dari Masjid Agung Blora, terdapat makam Sunan Pojok yang dianggap sebagai pendiri masjid ini.
Sunan Pojok yang dimakamkan di Makam Gedong Blora, Jalan Mr Iskandar 1/1 Blora, atau sebelah selatan Alun-alun Blora, merupakan makam pindahan yang dilakukan oleh RT Djojodipo, putra Sunan Pojok.
Saat ini Masjid Agung Baitunnur mempunyai luas bangunan kurang lebih 2000 meter persegi. Bangunan masjid tersebut merupakan aset sejarah nasional dan sudah masuk ke dalam daftar cagar budaya.
(BASUKI – Harianmuria.com)