BLORA, Harianmuria.com – Keberadaan industri minyak dan gas bumi (Migas) di Blora ternyata belum mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora, Rukhedi, Industri Migas tidak berdampak secara langsung kepada masyarakat. Sebab, masyarakat tidak ikut mengelola secara langsung.
“Masyarakat tidak bisa menikmatinya secara langsung. Semuanya kembali ke investor,” ujarnya, usai menyampaikan pemaparan pada Sosialisasi Indikator Strategis Kabupaten Blora Tahun 2024 di Ruang Pertemuan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Blora, Senin 16 Desember 2024.
Meskipun demikian, dia menyampaikan kontribusi industri Migas terhadap pertumbuhan ekonomi di Blora memang cukup siginifikan.
“Kontribusinya 23 persen. Namun semua kembali ke pemodal,” jelasnya.
Namun berbeda ketika masyarakat diberikan izin dan mengelola secara langsung sumber daya alam yang ada. Walaupun ada, sekarang ini desa di Blora nekat melakukannya secara ilegal.
“Izin yang sama dan pengelolaan yang sama. Harapannya, mereka yang mengelola Migas secara ilegal bisa dilegalkan,” ungkapnya.
Dengan demikian, perekonomian masyarakat bisa terangkat dan mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Blora.
Untuk diketahui, dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi cenderung melandai. Hal ini disebabkan kontraksi pada sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian.
Kedua sektor tersebut, memiliki kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi di Blora, sehingga kontraksi pada kedua sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pada triwulan 1-2024, pertumbuhan ekonomi Blora terkontraksi 0,57% karena penurunan produksi migas dan pergeseran masa panen untuk sektor pertanian.
Sedangkan pada triwulan 2 dan triwulan 3, ekonomi tercatat tumbuh 4,68% dan 4,36%.
“Sebenarnya, kalau indikator Migas ini dikeluarkan, tidak begitu berdampak pada kondisi perekonomian di Blora,” ujarnya. (Lingkar Network | Hanafi – Harianmuria.com)