REMBANG, Harianmuria.com – Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi festival durian yang dikemas dengan nama Ken-Duren di Alun- Alun Rembang, Minggu (5/3). Kegiatan yang dimeriahkan dengan arak-arakan gunungan durian itu digagas oleh Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesma) kawasan Desa Terjan, Sendang, Tanjungsari, Woro dan Watu Pecah (Tersanjung Ro Watu ) serta didukung oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang.
Direktur BUMDesma Tersanjung Ro Watu, Komarudin mengungkapkan tujuan dari Ken-Duren adalah membranding dan mempromosikan potensi durian di kota paling timur Jawa Tengah ini. Pasalnya ada 19 desa yang memiliki komoditas durian, dari Watupecah Kragan, Bitingan Sale, Ceriwik Pancur, sampai desa Pinggan Kecamatan Bulu.
Dijelaskannya, kegiatan tersebut sengaja ditempatkan di Alun- Alun Kota karena memiliki prospek lebih dibanding digelar di Kragan. Selain lokasinya luas dan strategis, potensi pengunjung dan pembeli akan lebih banyak.
“Durian yang terjual dalam festival durian ini ada sekitar 11 ribu buah, ini belum termasuk produk olahannya. Jika dirata- rata harga durian hanya Rp 30 ribu, perputaran uang capai Rp 300 juta khusus penjualan durian, ” ungkapnya.
Wakil Bupati Rembang Mochammad Hanies Cholil Barro’ mengapresiasi kegiatan Ken-Duren ini, termasuk berbagai pihak yang mendukung terselenggaranya festival tersebut. Terlebih dalam waktu singkat durian yang dijual dalam waktu singkat ludes terjual.
“Ini diluar ekspektasi, durian sudah habis terjual cepat. Pemkab akan terus dukung ini.”

Festival tersebut dimeriahkan oleh banyak lapak yang menjual durian dari berbagai desa, termasuk pelaku UMKM Rembang dengan varian produk.
Menariknya, pengunjung dapat makan durian sepuasnya dengan mengikuti program Rp 100 ribu makan durian. Sehingga pengunjung dapat menyantap durian dengan bebas dengan harga yang sangat murah.
Seperti yang dilakukan Tyas dan teman-temannya, mereka mengaku puas dan lapah ketika menikmati buah durian sambil lesehan di atas rumput alun- alun.
“Tadi ikut yang Rp.100 ribu sepuasnya. Puas banget habis banyak tadi, ” ungkapnya.
Salah satu pengisi stand dari Desa Pakis, Sholikin menuturkan durian Pakis ini berasal dari pohon berusia ratusan tahun itu dijual mulai Rp 30 ribu sampai Rp 60 ribu. Rasa khasnya unik, kolaborasi antara manis dan pahit.
“Tadi kesini bawa 150 sampai 170 an durian dari pohon milik Pak Mukhlis dan Pak Topo usia pohonnya 300 dan 400 tahun. Kebetulan ketika datang kita buka mobilnya langsung diserbu, jadi yang di display di lapak tinggal 100 an buah, ” ungkapnya yang juga Kepala Desa Pakis ini. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)