PATI, Harianmuria.com – Bangunan SDN Bermi 03 Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati terlihat sangat memprihatinkan, Kamis (25/5). Ada dua kelas yang plafonnya rusak dan satu kelas atapnya tanpa plafon.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati mengungkapkan, jika perbaikan sementara ini terkendala beberapa syarat yang tidak terpenuhi oleh sekolah.
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Sekolah Dasar Disdikbud Pati, Sa’dun, membenarkan hal tersebut. Ia menyebut, perbaikan kerusakan sekolah masih ada persyaratan yang kurang dan harus dipenuhi sekolah. Sementara untuk mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK), minimal sekolah mempunyai siswa sebanyak 60 orang.
“Regulasi itu berubah-berubah. Dulu dibatasi yang mendapatkan DAK itu akreditasinya B. Sedangkan akreditasi A tidak boleh karena sudah baik. Dua tahun terakhir ini dibatasi jumlah siswanya minimal 60. Karena yang ditangani itu yang banyak dulu,” ujarnya.
Selain kondisi atap yang memprihatinkan, kondisi pada kelas 2 bangunannya tidak ditinggikan seperti ruangan yang lain dan masih memakai keramik model lama. Tak hanya itu, plafon belakang gedung sekolah pun lapuk yang tentu membahayakan siswa.
Kepala Sekolah SD Negeri Bermi 03 Gunawi ketika ditemui menuturkan, jika pihak sekolah selama ini sudah melakukan koordinasi dengan dinas terkait. Namun jawabannya sama, kembali lagi pihak sekolah terhalang dengan aturan yang ada. Sehingga anggaran untuk perbaikan ruangan yang rusak selama ini tidak bisa diturunkan.
“Aturannya tiap tahun itu harus ada 60 siswa. Sementara di sini tak ada segitu. Jadi selamanya tak akan bisa dapat bantuan. Karena di wilayah ini hanya satu RW saja. Selain itu, di daerah ini tak ada madrasah, jadi tak mungkin dihapus, memang dibutuhkan SD ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyebut, kondisi ini telah membuat kegiatan belajar mengajar tidak kondusif. Apalagi beberapa ruangan masih menggunakan asbes.
Setelah sekian lama siswa terpaksa belajar di ruangan yang tak layak, Gunawi berharap agar ke depan para siswa dapat belajar dengan nyaman. Sehingga kekhawatiran siswa karena bertahan selama bertahun-tahun di kelas yang plafonnya bisa ambrol kapan saja. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Harianmuria.com)