PATI, Harianmuria.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) resmi mencabut status tanggap darurat kekeringan di wilayah setempat.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan bahwa Kabupaten Pati saat ini sudah memasuki musim penghujan dan sejumlah desa yang sebelumnya krisis air bersih, kini sudah tak lagi mengalami kekeringan.
Sebelumnya pemberlakuan status tanggap darurat kekeringan tersebut telah dinaikkan statusnya menjadi tanggap darurat bencana oleh Penjabat (Pj) Bupati Pati Sujarwanto Dwiatmoko pada 24 September 2024 selama 14 hari.
Kendati demikian, meskipun status bencana kekeringan tidak diperpanjang tetapi pihaknya mengaku masih terus menyalurkan bantuan air bersih di wilayah yang terdampak kekeringan.
“Tidak diperpanjang bencana gawat daruratnya. Alasanya ini ‘kan sudah mulai turun hujan, meskipun tidak diperpanjang tetapi kegiatan untuk bantuan air bersih terus dilakukan,” ujar Martinus di Pati, baru-baru ini.
Wilayah Terdampak Kekeringan di Pati Makin Luas, Dewan Dorong Pemerataan Bantuan Air Bersih
Martinus menjelaskan bahwa sebelumnya ada 72 desa dari 9 kecamatan di Kabupaten Pati yang mengalami krisis air bersih. Kecamatan Winong menjadi wilayah yang paling parah terdampak kekeringan.
“Jumlahnya desa yang terdampak kekeringan masih sama sekitar 72 desa. Setiap harinya kami menyalurkan air bersih itu kisaran sekitar 15-25 tangki,” sebutnya.
Lebih lanjut, Martinus menyampaikan bahwa rencana droping air bersih ke wilayah terdampak kekeringan masih akan gencar dilaksanakan hingga akhir bulan Oktober ini. Pasalnya, menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan akan turun lebih intens pada bulan November mendatang.
“Puncak musim kemarau sudah lewat, diperkirakan musim hujannya nanti akhir Oktober. Kita masih melakukan droping air hingga 31 Oktober,” jelasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)