KUDUS, Harianmuria.com – Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Kudus, Rizki Oktavian Saputra menyebut, pemahaman mengenai Kurikulum Merdeka di sekolah dinilai masih parsial atau belum keseluruhan. Terutama bagi sekolah-sekolah yang belum menjadi bagian dari program Sekolah Penggerak.
“Kendala SP (Sekolah Penggerak) itu pemahaman kurikulum masih parsial karena hanya perlu belajar mandiri lewat aplikasi yang telah disediakan,” katanya.
Ia menerangkan, tiap sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka merupakan sekolah-sekolah yang masuk dalam program Sekolah Penggerak. Namun, ada juga sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Sedangkan saat ini, di Kabupaten Kudus sudah banyak sekolah yang mengikuti Kurikulum Merdeka. Baik dari jenjang SD, SMP, maupun SMA.
Namun Rizki menilai, sekolah non program Sekolah Penggerak atau yang menerapkan kurikulum merdeka jalur mandiri, belum bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara maksimal.
“Sekolah non penggerak itu pemahaman mengenai kurikulum masih parsial karena dari kementerian memang tidak ada anggaran untuk pelatihan. Jadi pemahaman kurikulum merdeka hanya didapatkan melalui pelatihan mandiri lewat aplikasi Merdeka Belajar,” terangnya.
Lain dengan sekolah penggerak yang mendapatkan pelatihan langsung dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) dan mendapatkan dana BOS Kinerja untuk memaksimalkan penerapan kurikulum merdeka.
“Kalau sekolah reguler itu tidak mendapat BOS Kinerja, hanya BOS Reguler saja. Sedangkan sekolah penggerak mendapatkan dana BOS Kinerja dan BOS Reguler,” sebutnya.
Oleh karena itu, hadirnya PBG Kudus diharapkan mampu menjadi mediator untuk lebih memberikan pemahaman mengenai kurikulum merdeka ke sekolah-sekolah reguler. PBG Kudus sendiri telah diresmikan pada Sabtu (4/2) kemarin.
“Harapannya, PBG Kudus ini mampu membawa semangat baru menuju pendidikan Kudus lebih maju,” ucapnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Harianmuria.com)