PATI, HARIANMURIA.COM – Nelayan kecil yang ada di Kabupaten Pati lebih memilih untuk menjual hasil tangkapannya di pasar tradisional dibandingkan di Tempat Pengelolaan Ikan (TPI).
Sebagai kabupaten yang terletak di wilayah pantai utara (Pantura) Pati memiliki beberapa TPI yang manfaatkan nelayan untuk mengelola hasil tangkapannya. Salah satu TPI yang terbesar di Bumi Mina Tani ialah TPI Juwana.
TPI tersebut ramai akan aktivitas para nelayan besar yang melakukan bongkar muat ikan setelah melaut di penjuru samudra Indonesia. Berbeda dengan nelayan kecil yang hasil tangkapannya lebih sedikit, kebanyakan mereka berada di luar TPI Juwana.
“Di Pati ada 8, yang besar 2 di Juwana , yang sedang di Banyutowo, trus lainnya kecil seperti di Puncel, Alasdowo, Pecangaan, Margotuhu, sama di Sambiroto,” ujar ujar Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati Sujarta saat dikonfirmasi pada Jum’at, (10/11).
Hasil tangkapan nelayan kecil, lanjut dia, terkadang hanya mendapatkan 5 kg saja. Biasanya, mereka langsung membawa hasil tangkapannya ke rumah tanpa melalui TPI yang telah disediakan pemerintah. Mereka lebih memilih membawanya pulang kemudian dijual ke pasar terdekat.
“Dibawa pulang, setelah sampai ke rumah dijual ke pasar. Jadi di Sambiroto kan dekat pasar, jadi di ecerkan sendiri. Kadang tidak masuk data, sulit,” lanjutnya.
Sehingga, pihak TPI sering kali tidak dapat mendata hasil tangkapan yang diperoleh nelayan-nelayan kecil di Kabupaten Pati. Tentunya hal itu berpengaruh terhadap data hasil tangkapan nelayan yang direkap oleh DKP Pati.
Di Pati sendiri, terdapat 5 TPI yang digunakan oleh nelayan-nelayan kecil yang mengandalkan prau motor untuk mengarungi laut.
“Kita lewat TPI itu, akhirnya TPI yang kecil itu di bidang P2TPI itu sudah tidak dikelola, dikelola ya sepi tidak ada nelayan masuk. Cangaan, Margotuhu, Sambiroto, sama Alasdowo, itu yang sudah tidak dikelola,” tutur dia.
Kondisi TPI yang jarang digunakan nelayan, mengakibatkan beberapa aktivitas TPI di Pati seperti di pelelangan yang ada di Alsdowo kurang produktif.
Penyebabnya, selain hasil tangkapan yang sedikit, juga dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang membutuhkan proses cepat dalam proses pendistribusian dari nelayan ke konsumen.
“Tadi, dikelola pun kita sudah pasang tenaga, tidak ada nelayan masuk, ya tadi Alasdowo kan rajungan ya, rata-rata Rajungan setiap kapal masuk itu langsung masuk ke Box yang memasak itu. Karena kalau tidak langsung memasak itu nanti menyusut. Di daerah Sambiroto ada sebagian itu,” pungkasnya. (setyo-harianmuria.com)