JEPARA, Harianmuria.com – Ribuan warga Desa Mayong tumpah ruah memadati jalan dan gang-gang sepanjang jalan raya Mayong-Welahan untuk menyaksikan arak-arakan kirab budaya buka luwur atau kain mori penutup makam Ibu Mas Semangkin, pada Selasa (9/8).
Kepala Desa Mayong Lor Budi Agus Trianto mengatakan, bagi masyarakat Mayong, Raden Mas Ayu Semangkin atau yang dikenal sebagai Ibu Mas atau Ratu Mas Kagaluhan adalah seorang tokoh yang sangat berjasa, khususnya bagi warga masyarakat Desa Mayong Lor. Mengingat, Raden Mas Semangkin merupakan cikal bakal dan juga sosok pahlawan putri di hati masyarakat Desa Mayong.
“Kirab buka luwur ini adalah wujud penghormatan kepada Ibu Mas Semangkin, karena sosoknya yang diyakini masyarakat Mayong sebagai pendiri wilayah Mayong,” ujarnya.
Dirinya menuturkan, pada kirab kali ini antusias warga sangat tinggi, hal ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang digelar sederhana akibat pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah acara hari ini sangat meriah yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus mendatang. Jadi semangatnya kita alihkan ke acara kirab kali ini. Mudah-mudahan tahun depan bisa semeriah tahun ini,” harapnya.
Dari keterangan juru kunci makam Ibu Mas Semangkin Sriyono, dulunya Kanjeng Ibu Mas Semangkin merupakan putri kedua dari Pangeran Haryo Bagus Mukmin atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Prawoto dan juga merupakan cucu dari Sultan Trenggono sekaligus cicit dari Sultan Demak Raden Patah.
Selaras dengan apa yang disampaikan Kepala Desa Mayong Lor, upaya pelestarian budaya bertujuan untuk menghormati dan mengingat labuh-labet Raden Ayu Mas Semangkin. Jasanya yang sedemikian besar pada masyarakat Mayong dan sekitarnya, akan tetap dikenang.
“Perilaku Ibu Mas Semangkin patut dijadikan suri tauladan bagi seluruh pemimpin pada seluruh lapisan yang ada di wilayah Kabupaten Jepara dari sifat kesederhanaan, kesahajaan dan kedekatannya kepada kawula alit. Hal ini ditunjukan Ibu Mas Semangkin dalam kehidupan sehari-hari, walaupun seorang istri raja Mataram namun beliau rela mati untuk meninggalkan kemewahan duniawi menuju pengabdian kepada masyarakat kecil,” terangnya.
Dalam kegiatan ini juga disampaikan harapan dan doa dari masyarakat, agar Allah SWT memberikan berkah dan menghindarkan warga dari petaka dan sebagai upaya pelestarian budaya kearifan lokal yang ada di Jepara khususnya di desa Mayong.
“Beliau sangat dihormati masyarakat Mayong hingga saat ini. Kami warga masyarakat Mayong dan sekitarnya tentu tidak boleh melupakan jasa beliau. Prosesi ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu terus dijaga sebagai sebuah kekayaan budaya Jepara,” pungkasnya. (Lingkar Network | bas | Harianmuria.com)