PATI, Harianmuria.com – Bertempat di Pondok Pesantren Al-Hikmah di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati menggelar Bahtsul Masail yang diikuti oleh 70 santri se-Kabupaten Pati, pada Minggu (16/10).
Karena bertemakan hari santri, tema yang dibahas pun berkaitan dengan budaya dan kehidupan para santri di pondok pesantren (Ponpes).
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Pati, KH Muhammad Liwa’uddin menjelaskan, Bahtsul Masail merupakan ajang unjuk keberanian bagi para santri dalam mengemukakan pendapat berdasarkan dalil Islamiyah.
“Basatul Masail kan diskusi agama, bergantian ngomong mengemukakan dalil. Jadi tidak mungkin sekian banyak orang kita hadirkan. Persoalan yang dimunculkan juga berkaitan dengan santri, bukan soal kebangsaan karena itu urusannya orang-orang dewasa,” ucap pria yang akrab disapa Gus Liwa.
Adapun jumlah 70 santri yang hadir merupakan perwakilan dari 35 pesantren yang ada di Kabupaten Pati. Gus Liwa menyebutkan, jumlah ini diambil beradasarkan kriteria Ponpes yang paling aktif melaksanakan Bahtsul Masail.
Pada Bahstul Masail tersebut, permasalahan yang diangkat menyoal sitaan handphone (hp) anak-anak pondok. Megingat hp merupakan problem tersendiri bagi para pengasuh Ponpes. Meskipun HP saat ini menjadi kebutuhan primer manusia yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan keseharian.
“Berkaitan dengan hukuman sitaan HP. Bolehkah hp dihancurkan atau dijual dan uangnya masuk pondok atau tidak. Kemarin dibahas dan luayam ramai, karena persoalan itu ada di mereka sendiri,” tambahnya.
Sedangkan harapan dari Bahtsul Masail ini, para santri dapat melatih keberaniannya berpendapat di depan umum dan skill berkomunikasi dengan banyak orang sebagai sudah lulus dari Ponpes nantinya.
“Dengan Bahstul Masail di hari santri, mereka lebih berani mengedepankan pendapatnya. Berani tampil dihadapan publik berdasarkan kajian ilmiah. Serta menjaga ruhnya pesantren. Bahstul Masail sebagai pembahasan hukum yang semakin kuat, semakin bisa dipertanggungjawabkan. Ini sangat penting dimiliki seorang santri sebelum mereka terjun ke masyarakat,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Harianmuria.com)