REMBANG, Harianmuria.com – Lewat tangan tim Kedaireka Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, pemasaran batik tulis Lasem dapat dilakukan dengan cara menggabungkan antara online market dengan teknologi metaverse.
Tim Kedaireka UNIKA Soegijapranata sendiri terdiri dari Ketua Tim Peneliti Profesor Dr. Ridwan Sanjaya, Theresia Dwi Hastuti, Freddy Koeswoyo, dan 27 mahasiswa.
Ketua Peneliti Kedaireka Metaverse Batik Lasem Ridwan Sanjaya saat melaunching platform metaversebatik.com di Rumah Merah Heritage Lasem, Kamis (8/12) menyampaikan, platform yang diperuntukkan para pengusaha batik tulis Lasem itu merupakan hibah dari pemerintah dalam bentuk program Kedaireka.
Tujuannya memberikan solusi dan alternatif cara penjualan produk batik tulis Lasem. Masyarakat yang ingin masuk ke metaversebatik.com ini bisa menggunakan handphone, laptop, tablet, atau menggunakan kacamata reality agar bisa masuk seperti tampak nyata.
“Melalui metaverse ini membuat orang bisa melihat secara nyata dalam bentuk 3 dimensi produk- produk batik dari pengrajin,” ujar Ridwan.
Di hadapan puluhan pengusaha batik dan jajaran OPD terkait, mereka menjelaskan tentang metaverse yang memang masih terbilang awam di Kabupaten Rembang. Mereka pun juga memperlihatkan tampilan batik tulis Lasem dalam bentuk visual 3 dimensi (metaverse) melalui layar proyektor.
Dengan mengakses metaversebatik.com pengakses bisa langsung melihat-lihat showroom 3 dimensi yang dibuat untuk memasarkan produk batik yang sudah diberi papan label masing-masing merk pengusaha batik.
Tentu sebelum mengakses website tersebut, pengguna perlu menggunakan alat tambahan berupa kacamata Virtual Reality (VR) dan alat pendukung lainnya.
Sementara itu, Rudi salah satu pengrajin batik tulis Lasem mengakui platform metaverse terbilang baru bagi pengrajin batik di Lasem. Selama ini, mereka cenderung menjual melalui offline dan online seperti media sosial dan marketplace.
“Platform metaverse ini bagus, menjadi tambahan media kami untuk menjual produk batik, jangkauannya ini bisa lebih luas sampai luar negeri,” kata Rudi.
Ia berharap, ke depan semakin banyak pengrajin batik yang bergabung ke dalam metaverse. Karena ini dinilai dapat menjadi solusi bagi mereka yang belum memiliki showroom. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)