SEMARANG, Harianmuria.com – Cuaca ekstrem yang melanda Jawa Tengah (Jateng) sejak Desember 2024 hingga bulan ini berdampak signifikan pada produksi berbagai jenis buah. Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah mencatat penurunan produksi hampir 50 persen.
Kepala Bidang Hortikultura Distanbun Jateng, Ani Mulyani, mengungkapkan tingginya curah hujan dan angin kencang menyebabkan kerontokan pada bibit buah. Produksi kelengkeng mengalami penurunan drastis karena banyak bunga yang rontok.
“Di sentra produksi kelengkeng, seperti di Desa Sumberagung, Kecamatan Ngaringan, Grobogan, curah hujan tinggi dan angin kencang menyebabkan sekitar 60 persen bunga kelengkeng rontok,” katanya, Selasa (18/2/2025).
Saat ini, sentra produksi kelengkeng di Jateng tersebar di lima kabupaten, yaitu Tegal, Magelang, Semarang, Grobogan, dan Banyumas. Jika mengacu pada data tahun 2024, produksi kelengkeng mencapai 146.097,14 kuintal, meningkat dibandingkan tahun 2023.
Namun, akibat cuaca buruk, produksi tahun ini diprediksi turun tajam. Untuk mengatasi permasalahan ini, petani melakukan penyemprotan bahan aktif kalium guna mengurangi dampak cuaca ekstrem.
Selain kelengkeng, hasil panen durian tahun ini juga mengalami penurunan signifikan. Biasanya, satu pohon durian dapat menghasilkan sekitar 300 buah, tetapi pada musim panen Desember 2024 hingga Januari 2025, jumlahnya turun menjadi hanya 130-135 buah per pohon.
Produksi durian tahun lalu tercatat sebesar 2.002.340,03 kuintal, tetapi angka tersebut diperkirakan menurun akibat hujan ekstrem. Sentra penghasil durian tersebar di Kabupaten Pekalongan, Semarang, Temanggung, Wonosobo, Jepara, dan Wonogiri. Di Kabupaten Karanganyar, para petani durian juga merasakan dampak besar dari cuaca ekstrem pada akhir tahun 2024 dan awal 2025.
“Curah hujan yang tinggi membuat banyak durian rontok sebelum matang, sehingga hasil panen jauh di bawah normal,” ujar Ani.
Berbeda dengan kelengkeng dan durian, produksi alpukat masih relatif stabil meski cuaca ekstrem melanda. Tahun 2024, produksi alpukat di Jawa Tengah tercatat sebesar 1.496.400,90 kuintal, mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sentra penghasil alpukat berada di Ungaran, Kabupaten Boyolali, Jepara, Temanggung, dan Karanganyar.
“Tanaman alpukat cenderung lebih tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem. Namun, perawatan seperti pemupukan dan penyemprotan tetap diperlukan agar produktivitasnya tetap optimal,” ungkapnya.
Cuaca ekstrem yang terus berlanjut menjadi tantangan bagi para petani di Jateng. Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan dukungan berupa bantuan teknis dan solusi adaptasi agar sektor pertanian tetap bertahan menghadapi perubahan iklim.
(RIZKY S – Harianmuria.com)