BLORA, Harianmuria.com – Kehidupan memang keras. Kalimat ini yang terlontar dari mulut wanita bernama Yati (42). Wanita warga Desa Kemantren, Kecamatan Kedungtuban, Blora ini terpaksa ngasak (memungut sisa hasil panen padi-Red) untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Yati mengatakan setiap hari rata-rata mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp 50 ribu dari hasil ngasak.
“Kalau lagi apes, sehari cuma muter-muter gak dapat hasil,” katanya, pada Minggu, 28 Mei 2023.
Ibu dua anak ini mengatakan, saat ngasak dirinya tidak sendiri. Ada dua teman yang menjadi timnya. Mereka selalu bersama-sama mencari daerah yang habis panen padi.
“Pernah sampai Gayam Jawa Timur, dan sampai Randublatung hari ini,” jelasnya.
Dia menjelasan, saat ngasak sisa panenan berupa sampah batang padi dibersihkan dan dipungut menggunakan tangan kosong. Kemudian, dikumpulkan dan disilir (diayak menggunakan tenaga angin).
“Biasanya sehari bisa sampai 20 kg gabah. Baru kita jual ke pengepul,” paparnya.
Ia melakoni ini, karena suaminya yang hanya bekerja serabutan.Penghasilan tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
“Kalau nggak bantu begini, kalau anak minta jajan nggak bisa ngasih, hati rasanya menangis,” ujarnya.
Sementara itu, Aminah, rekan Yati, mengatakan hal yang sama. Nenek berusia 60 tahun ini mengaku, harus ikut ngasak demi makan sehari-hari.
“Saya nggak mau repotin anak saya. Selama saya bisa bekerja sendiri, ya cari sendiri,” ucapnya sambil menyeka keringat di dahinya.
Aminah menjelaskan, dia berangkat dari rumah pagi pukul 06.00 WIB. Sampai sore ia bekerja mencari sisa panenan.
“Sampai rumah ya magrib, bahkan pernah habis isya,” pungkas Aminah. (Lingkar Network | Hanafi – Harianmuria.com)