REMBANG, Harianmuria.com – Hasil tangkapan para nelayan rajungan di Desa Gegunung Wetan tak semenyenangkan dibanding 10 tahun lalu. Dulu, para nelayan jika sekali melaut bisa mendapatkan kepiting rajungan hingga ratusan kilogram.
Nelayan rajungan sudah menjadi mayoritas mata pencaharian warga Desa Gegunungan Wetan. Di sana terdapat sekitar seratusan kapal yang biasa digunakan oleh warga.
Menurunnya hasil tangkapan rajungan membuat beberapa nelayan ogah melaut, karena hasil tangkapan yang tak sebanding dengan biaya operasionalnya.
Untuk saat ini, harga perkilogram kepiting rajungan mencapai Rp 70-75 ribu. Sedangkan hasil tangkapan para nelayan terkadang hanya 3 kg-10 kg.
Dibandingkan dua tahun terakhir, para nelayan bisa membawa sekitar 50-150kg sekali melaut, sedangkan untuk harganya pada dua tahun lalu mencapai Rp 50 ribu perkilonya.
Lastari, salah satu nelayan di Desa Gegunungan Wetan menjelaskan musim panen kepiting rajungan biasanya pada saat angin muson barat berhembus atau yang dikenal sebagai musim baratan pada periode bulan Oktober hingga April, Pada musim ini di wilayah Indonesia biasanya memasuki musim penghujan.
“Biasanya pada Oktober (bulan kemarin) sudah mulai kerasa panen, tapi ini belum ada hasil yang bagus. Semoga November dan Desember ini ada hasil yang lebih baik,” ujar Lastari, yang sudah melaut sejak 38 tahun lamanya, Kamis, 14 November 2024.
Lastari juga bercerita kini para nelayan malas melaut lantaran hasil tangkapan yang di bawah 5 kg tak menunjang biaya operasional mereka.
Dalam sekali melaut, kata dia, nelayan harus merogoh kocek untuk biaya solar yakni sekitar Rp 250 ribu kemudian untuk umpan kepiting rajungan kisaran Rp100 ribu. Biaya tersebut belum termasuk biaya makan para nelayan dalam satu perahunya.
“Kalau mereka pulang bawa 3 kg saja sudah tidak menutup biaya operasionalnya, jadi ga sedikit juga para nelayan milih libur sambil menunggu musim hujan,” katanya.
Dia bercerita, pada akhir-akhir ini iklim di Pesisir Kabupaten Rembang intensitas hujan terbilang rendah. Menurutnya hal itu menjadikan para nelayan kepiting rajungan di Desanya tak bisa mendapatkan jumlah tangkapan yang menjanjikan.
“Iklimnya tidak mendukung. Jadi hasilnya menurun drastis karena perubahan iklim saat ini, bulan Oktober sama ini awal November saja kondisinya masih panas dan jarang hujan,” tuturnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Harianmuria.com)