PATI, Harianmuria.com – Sebanyak 8 desa di Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diterjang banjir. Air yang mulai masuk ke rumah warga ini akibat hujan deras sejak sepekan terakhir.
Jasman, warga RT 1 RW 4 Dukuh Cluwah, Desa Ngagel menjelaskan, rumahnya terendam air hingga ketinggian satu meter. Keadaan tersebut membuat ia dan istrinya mengungsi ke rumah tetangga.
“Kemarin sempat surut, tapi sejak semalam air justru naik lebih tinggi. Sebelumnya paling sekitar 0,5 meter. Namun semalam naik hampir 1 meter di dalam rumah,” jelas Jasman, Kamis (2/3).
Sementara, Kades Ngagel Suwardi menyebutkan, setidaknya ada 7 kepala keluarga yang kini harus mengungsi. Hujan deras sejak semalam, membuat luapan air bertambah tinggi dan menggenangi hampir seluruh perumahan di Dukuh Cluwah.
“Setidaknya ada 48 rumah yang ada di Cluwah yang saat ini terendam banjir. Kami fokus mengevakuasi warga yang rumahnya terendam dan lanjut usia,” terangnya.
Pihaknya menyebut, akan terus memantau perkembangan debit air. Mengingat, saat ini cuaca masih mendung dan intensitas hujan masih deras.
“Kami akan terus memantau perkembangan dan kebutuhan warga. Kita juga telah menyalurkan bantuan mendesak untuk warga berupa sembako,” jelas Suwardi.
Dari catatan Satgas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dukuhseti, ada 8 desa di wilayah Pati Utara tersebut yang terdampak banjir. Di antaranya Desa Ngagel, Alasdowo, Dukuhseti, Banyutowo, Kembang, Tegalombo, Puncel, dan Wedusan.
“Hingga siang menjelang sore ini, setidaknya masih ada lima desa yang banjirnya masuk ke dalam rumah, Sementara yang lain hanya banjir bandang dan diperkirakan akan cepat surut. Untuk jumlah rumah yang kemasukan air banjir ada ratusan,” urai Ketua Pembina Satgas TRC Dukuhseti, Agus Sunarko (Agsun) di sela-sela monitoring banjir yang didampingi tim satgas lainnya meliputi Kapolsek, Koramil, Tim Kecamatan, Karang Taruna, dan Laziz NU.
Dari data sementara, tercatat 77 KK yang mengungsi. Diantaranya 7 KK ada Desa Ngagel Dukuh Cluwah, dan 70 KK ada di Desa Dukuhseti Dukuh Kedawung. Tidak hanya warga, ternak sapi milik warga yang kandangnya terendam juga banyak yang sudah diungsikan.
“Tujuh KK warga Dukuh Cluwah, Desa Ngagel dan 70 KK warga Dukuh Kedawung, Desa Dukuhseti yang kini telah mengungsi. Dan ada belasan sapi milik warga yang juga sudah diungsikan,” jelas Agsun yang juga merupakan Camat Dukuhseti.
Guna menghindari kerugian yang lebih banyak, Agsun menghimbau kepada masyarakat yang rumahnya terendam banjir untuk hati-hati dengan alat-alat listrik dan pada saat melakukan MCK.
“Warga yang rumahnya kemasukan air banjir, namun masih bisa digunakan untuk beraktivitas, wajib berhati-berhati pada saat menggunakan peralatan listrik terutama kabel dan colokan. Jangan sampai terjadi konslet dan kena air. Di samping itu ketika akan MCK juga harus hati-hati, tetap utamakan kesehatan, keselamatan dan terus bersabar dan tetap semangat,” pungkasnya.

Petakan Penanganan secara Komprehensif
Ketua Pembina Satgas TRC Dukuhseti Agsun juga mengecek langsung ke lokasi banjir untuk mengidentifikasi penanganan banjir secara komprehensif.
“Hari ini kami melakukan pengecekan ke lokasi, juga menghibur para korban banjir. Untuk yang rumahnya terendam cukup tinggi hingga tak dapat beraktivitas, kami arahkan untuk mengungsi agar kebutuhan dasar mereka seperti makan, tidur, dan MCK tidak terganggu,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Camat Dukuhseti ini.
Selanjutnya, ia mengecek hewan ternak warga yang telah diungsikan. Selanjutnya, Agsun mengecek tambatan perahu di tepi pantai Lenggi turut Desa Alasdowo, yang diduga menyebabkan air sungai tak dapat mengalir dengan lancar dan meluap hingga pemukiman warga.
Menurutnya, untuk mengantisipasi bencana banjir di Bumi Mina Tani paling Utara ini, diperlukan penanganan secara berjenjang.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Suwardi, Kepala Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti. Menurutnya, penanganan banjir perlu mitigasi yang tepat, yaitu penanganan jangka panjang, menengah dan pendek.
“Perlu dilakukan secara berjenjang. Untuk jangka panjang memang perlu reklamasi ribuan hektar hutan yang membentang di sisi barat wilayah kecamatan. Wajib mengembalikan hutan pada fungsinya. Karena setiap hujan turun tidak ada daerah resapan,” terangnya, saat Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Banjir di Aula BPL-LKMD Dukuhseti, Rabu (1/3).
Disebutkan Suwardi, untuk penanganan jangka menengah, ia berharap dilakukan normalisasi sungai yang ada di Dukuhseti. Karena sungai yang ada dinilai tak mampu menampung debit air ketika curah hujan tinggi.
“Karena selain pendangkalan sungai yang sangat cepat terjadi. Hal ini diperparah dengan minimnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai. Seperti di Kali Guno, Ngagel setiap air naik pasti meninggalkan tumpukan sampah,” ungkapnya.
Pihaknya juga berharap, nantinya pemerintah juga memikirkan adanya tambatan perahu di tepi pantai untuk nelayan Alasdowo dan Bakalan.
Dijelaskan juga, untuk jangka pendek diperlukan penanganan berupa bantuan moril dan materiil. Bisa berupa sembako, pakaian layak pakai, selimut dan sebagainya.
“Seperti di Dukuh Cluwah, kami Pemdes Ngagel sudah mengevakuasi satu keluarga yang rumahnya terendam banjir hingga 50 cm,” ungkap Suwardi.
Senada dengan Suwardi, Ketua MWC NU, KH Fuad Abdillah yang hadir dalam rakor tersebut juga memberikan pandangan. Menurutnya, untuk mengatasi banjir rutinan ini perlu mengembalikan hutan sesuai fungsinya dan ketegasan dari pihak pejabat yang memiliki kewenangan.
“Apalagi saat ini ramai lahan borgan akan beralih perhutanan sosial. Meski maksud pemerintah baik, tapi pelaksanaan di lapangan regulasinya harus jelas. Jangan sampai nanti pengelolaannya justru menghilangkan fungsi hutan,” tegasnya.(Lingkar Network | Harianmuria.com)