KUDUS, Harianmuria.com – Tren fashion ramah lingkungan menunjukkan peningkatan peminat. Salah satu yang tengah naik daun adalah produk ecoprint, teknik pewarnaan kain alami menggunakan dedaunan dan bahan organik.
Di Kudus, nama Nunung Noor Khamimah (48), pemilik Jatisemi Ecoprint, menjadi salah satu pelaku usaha yang sukses mengembangkan produk ini hingga ke pasar internasional.
“Permintaan ecoprint meningkat pesat. Terakhir saya kirim ke NTB, sebelumnya juga pernah sampai Thailand dan Australia,” ujar Nunung, warga Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, saat ditemui Harian Muria, Senin (26/5/2025).
Keputusan resign dari profesinya sebagai perawat membuka jalan bagi Imah, sapaan akrab Nunung, untuk menekuni dunia fashion berkelanjutan. Ia kini memproduksi puluhan jenis produk ecoprint dari kepala hingga kaki, seperti gamis, rok, kemeja, jilbab, kaus, sepatu, sandal, tas, dompet, hingga gantungan kunci.
Semua menggunakan teknik ecoprint berbasis bahan alami yang ditanam sendiri di rumah, seperti daun jarak, pakis, anggur, kalpataru, dan bunga sepatu.
“Kami memakai pewarna alami seperti secang untuk merah, teger untuk kuning, kayu ulin untuk cokelat, indigo untuk biru, dan ketapang untuk hijau,” jelasnya.
Nunung menerapkan dua teknik utama dalam membuat kain ecoprint, yaitu ecopounding (mengecap daun dengan palu) dan steaming (penguapan). Prosesnya memakan waktu 2–3 jam per lembar kain, dan ia mampu memproduksi hingga 50 lembar ecoprint per hari.
Produk Jatisemi Ecoprint menyasar pasar menengah ke atas, dengan kisaran harga produk kain ecoprint 2 meter Rp250 ribu–Rp2 juta, gamis mulai Rp550 ribu, tas Rp95 ribu–Rp1,5 juta (tergantung bahan), dan gantungan kunci mulai Rp45 ribu.
“Kualitas, motif, dan bahan menjadi faktor penentu harga. Semua proses produksi masih dikerjakan manual,” tuturnya.
(NISA HAFIZHOTUS SYARIFA – Harianmuria.com)