JEPARA, Harianmuria.com – Sejumlah 18 Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berhasil diangkat dari Perairan Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara yang mencakup berbagai artefak seperti andhesit, terakota, kayu, fragmen, gerabah, dan guci. Penemuan berharga ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2023 oleh Balai Pelestari Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, Wilayah X Yogyakarta.
Saat melakukan kunjungan ke Jepara beberapa waktu lalu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon menyatakan perhatian terhadap hasil temuan ini.
Keseriusan pelestarian benda-benda bersejarah ini dibahas dalam dialog interaktif bertajuk “Menjaga Kelestarian Benda Diduga Cagar Budaya Bawah Air (CBBA)” yang berlangsung di Radio Kartini, dengan moderator Muhammad Safrudin dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Jepara dengan narasumber Rokhman selaku Petinggi Teluk Awur.
Pada kesempatan ini, Rokhman mengungkapkan bahwa penelitian dilakukan di beberapa titik yang diduga sebagai lokasi cagar budaya. Tim melakukan penyelaman sejauh 2 mil dari pantai dengan kedalaman 60 meter selama kurang lebih 10 hari.
“Sebenarnya banyak sekali yang bisa ditemukan, namun tim baru berhasil mengangkat 18 benda dari lokasi penyelaman,” kata Rokhman.
Adapun proses penelitian mencakup pencarian, penomoran, penyelaman, dan penentuan obyek yang akan diangkat. Saat ini, temuan tersebut disimpan di Balai Desa Teluk Awur untuk proses desalinasi.
Selanjutnya, Rokhman menambahkan jika area pencarian diperluas ke selatan, kemungkinan besar akan ditemukan lebih banyak artefak, mengingat adanya bekas kerajaan Bodrolangu di wilayah tersebut. Dari segi sejarah, temuan ini diduga berasal dari zaman perdagangan laut.
Ia pun menekankan pentingnya melindungi benda-benda ini dan menyediakan narasi yang mendidik sebagai warisan bagi generasi mendatang.
“Teluk Awur memiliki potensi cagar budaya yang besar, baik di bawah air maupun di darat, termasuk peninggalan sejarah seperti makam dan petilasan tokoh-tokoh penting,” tambahnya.
Harapan besar Petinggi Teluk Awur adalah untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap desa tersebut, yang sebelumnya dikenal dengan stigma negatif.
“Kami ingin menjadikan Desa Teluk Awur sebagai desa yang tenang dan dikenal dengan baik, sesuai dengan slogan kami, Teluk Awur Misuwur,” pungkasnya.
Dengan upaya pelestarian yang serius dan dukungan masyarakat, Teluk Awur berpotensi menjadi salah satu lokasi penting dalam pemahaman sejarah dan budaya Indonesia. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Harianmuria.com)