KUDUS, Harianmuria.com – Banjir yang menggenangi Kabupaten Kudus mendapat sorotan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Ia menekankan bahwa pintu bendung Wilalung atau Bangunan Pengendali Banjir Wilalung (BPBWL) di perbatasan Kabupaten Kudus dan Demak boleh dibuka jika kondisi kritis.
“Pintu banjir Wilalung tersebut, awalnya oleh Belanda, yang dibangun tahun 1908 untuk membagi air dari Sungai Lusi ke arah kanan ke Sungai Juwana sebagai daerah rawa,” ujar Basuki saat kunjungan kerja di Kudus dan Jepara, Kamis (12/1).
Sehingga, ketika debit air di Sungai Lusi meningkat alirannya sengaja diarahkan ke Sungai Juwana untuk pengendapan menjadi persawahan.
Akan tetapi, kawasan tersebut sekarang berkembang menjadi kawasan perkotaan dan tidak bisa difungsikan sebagai retarding basin (kolam retensi). Akhirnya, semua pintu pun ditutup.
“Total pintu yang mengarah ke Sungai Juwana ada 11 pintu. Sedangkan yang bisa dibuka hanya tiga pintu. Itu pun boleh dibuka saat kritis,” ujarnya.
Dengan demikian, air dari Sungai Lusi saat ini hanya dialirkan ke arah Sungai Wulan. Namun, sepanjang aliran Sungai Wulan tersebut mengalami sedimentasi parah.
Kini, Pemerintah Pusat menyiapkan anggaran untuk melakukan normalisasi agar daya tampung airnya bisa maksimal.
Sementara total panjang sungai yang akan dinormalisasi mencapai 47 kilometer, sehingga bisa meminimalkan potensi banjir di Kabupaten Kudus dan sekitarnya.
Di lain sisi, naiknya debit air Sungai Wulan hingga mendekati bibir tanggul mengakibatkan mesin pompa pengendali banjir tidak bisa dioperasikan untuk mengurangi genangan air di Desa Jati Wetan. Sehingga, lebih dari 14 hari genangan banjir di desa setempat belum juga surut. (Lingkar Network | Anta – Harianmuria.com)