BLORA, Harianmuria.com – Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora menargetkan penurunan prevalensi stunting (tengkes) sebesar tiga persen pada tahun 2025, dari 21,2 persen di tahun 2024 menjadi 18 persen.
“Menurunkan tiga persen angka stunting di Kabupaten Blora bukan hal yang mudah, mengingat faktor potensi terjadinya stunting sangat banyak, ” kata Plt Kepala Dinkesda Blora Edi Widayat, Jumat (26/4/2025).
Selain pemenuhan gizi balita, ada faktor genetik dan pola makan ibu menyusui. Lalu ada faktor kondisi rumah, air hingga lingkungan tumbuh kembang balita.
“Pada ilmu kesehatan, lingkungan menyumbang 80 persen adanya penyakit pada manusia. Sehingga dari penyakit itu menjadikan faktor genetik dan faktor kesehatan ibu menyusui yang menyebabkan stunting pada balita,” terang Edi.
Dikatakan, penurunan stunting di setiap kabupaten itu memiliki tahapan yang berbeda. Selain itu, penurunan persentasenya membutuhkan waktu yang panjang.
“Memang permasalahan utama itu gizi anak, tapi banyak faktor pendukung lainya. Seperti pola makan dan asuh anak, hingga faktor lingkungan tumbuh kembang anak,” jelas Edi.
Salah satu upaya yang dilakukan Dinkesda adalah memantau pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita disetiap posyandu di desa.
“PMT itu dari berbagai sumber, baik dari dana pusat (APBN), bantuan provinsi, dana desa hingga APBD Pemkab Blora sendiri,” tuturnya.
Edi menekankan bahwa intervensi pencegahan stunting paling penting dimulai sejak usia remaja, khususnya pada remaja putri. Mulai dari usia pernikahan hingga jarak kelahiran anak, semua memengaruhi kesiapan alat reproduksi.
“Alat reproduksi remaja putri yang belum siap, sangat berpotensi melahirkan bayi stunting. Lalu jarak usia anak juga menjadi faktor penting, dikarenakan perhatian orang tua terhadap gizi anak terpecah,” jelasnya.
Edi menambahkan, penganggulangan stunting harus dilakukan pada semua sektor. Namun ada hal penting untuk antisipasi secara mandiri, yaitu pemenuhan gizi pada anak dalam proses seribu hari kehidupannya.
“Sejak usia kandungan empat bulan hingga anak berusia tiga tahun adalah proses penting pemenuhan gizi untuk terhindar pada stunting,” pungkasnya.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)