JEPARA, Harianmuria.com – Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara berkomitmen menekan angka kematian ibu, bayi, balita, dan angka kekerdilan (stunting).
Demi mewujudkan komitmen tersebut, Edy meminta jajarannya khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes) Jepara untuk konsisten dan fokus menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting yang menjadi prioritas nasional.
Hal ini ia sampaikan dalam Sosialisasi Program Sinergisitas Gerakan Menekan Kematian Ibu dan Bayi (SING GEMATI) di Gedung Shima, Jepara, Rabu (24/5).
“Saya minta sinergitas gerakan menekan kematian bayi dan ibu serta stunting ini serentak untuk lebih perhatikan,” kata Edy.
Menurut Edy, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) bukan hanya menjadi indikator kesehatan ibu dan anak, namun juga dapat menggambarkan tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan program kesehatan.
“Penyebab kematian bayi terbesar adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, infeksi, masalah pemberian minum, dan diare,” ucapnya.
Selain itu, penyebab tingginya AKI paling banyak adalah karena hipertensi, di mana kondisi ibu hamil di awal Trimester (TM) II dan III mendapat pola makan yang tidak sesuai dan nutrisi yang kurang, asupan ibu hamil seharusnya tinggi protein dan sesuai komposisi, berganti dengan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi natrium.
Hal tersebut yang menyebabkan ibu hamil mengalami kenaikan tekanan darah dan kelebihan berat badan di TM III.
“Data jumlah ibu hamil di Kabupaten Jepara tahun 2022 adalah 20.841, sedangkan jumlah bayi baru lahir sebanyak 18.637 bayi. Berdasarkan data Laporan Kematian Ibu dan Bayi tahun 2022 di Kabupaten Jepara, tercatat jumlah kematian ibu sebesar 13 kasus dari target 14 kasus dan angka kematian bayi sebesar 4,24 dari target 5,15,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia meminta petugas pelayanan kesehatan untuk mengedepankan kenyamanan bagi pasien, sehingga masyarakat merasa terlayani dengan baik.
“Kita memang tidak bisa menghentikan takdir kematian, tapi kita harus berikhtiar agar kematian ibu melahirkan dan balita tidak terus bertambah,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinkes Kabupaten Jepara Mudrikatun menekankan pentingnya dukungan lintas program dan lintas sektor untuk penurunan AKI-AKB tersebut. Menurutnya, akses informasi kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat masih belum optimal sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terkait risiko tinggi pada ibu hamil.
Ia menjelaskan, berdasarkan Laporan Program KIA tahun 2022, deteksi dini risiko tinggi yang ditemukan oleh masyarakat sebanyak 1.400 (6,72%), sedangkan estimasi sasaran ibu hamil risti yang dideteksi oleh masyarakat adalah 15%.
“Perlu adanya pengoptimalan dalam upaya percepatan penurunan AKI-AKB bersama dengan stakeholder dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis lainnya maupun masyarakat. Untuk itu, diperlukan strategi SING GEMATI dalam upaya percepatan penurunan AKI-AKB dengan harapan dapat menekan kematian ibu dan bayi di Kabupaten Jepara,” kata Mudrikatun.
Sehingga regulasi daerah yang ada belum memberikan langkah pasti dan terprogram dalam pencegahan kasus AKI-AKB, sehingga mengakibatkan tidak terealisasinya kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Harianmuria.com)