PATI, Harianmuria.com – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Pati mengungkap, penerapan flashing di lampu lalu lintas atau traffic light pertigaan Dukuh Ngebruk, Desa Bumirejo, dilakukan untuk mengatasi kemacetan di jalan pantura Juwana-Batangan.
“Jadi jangan disalahpahami kita melakukan flashing, karena sempat kita normalkan itu malah semakin macet. Maka kita flashing dan biasanya kita lakukan itu pada jam pagi dan sore yang potensi macetnya tinggi,” ungkapnya.
Diketahui, flashing sendiri merupakan sebutan lampu lalu tintas yang hanya dihidupkan bagian lampu kuningnya saja dan dinyalakan secara berkedip sebagai tanda hati-hati.
Namun pemberlakukan flashing ini ternyata mendapatkan respon negatif dari sejumlah pengguna jalan.
Seperti yang dikatakan Sri Hartini, warga Pucakwangi yang sering melintasi pertigaan Ngebruk. ia mengatakan, kebijakan flashing justru malah membuat jalan semakin semrawut.
“Kondisi malah semakin macet menurut saya. Makanya adanya yang ngatur itu Pak Ogah membantu. Saya pernah hampir keserempet saking semrawutnya jalan. Untung ada warga yang membantu penyebrangan itu,” ungkapnya, Jumat (10/2).
Sementara menurut Bibit, warga setempat yang membantu mengatur lalu lintas di Pertigaan Ngebruk mengatakan penerapan flashing dapat mengurai sedikit kemacetan.
“Sudah satu mingguan flashing di sini. Saya lihat pernah coba dihidupkan (traffic light) kemarin selama dua hari, ternyata malah macet. Karena ya banyak mobil yang berjubal menunggu lampu, akhirnya malah banyak,” ujarnya, Jumat (10/2).
Menurutnya, mengandalkan flashing saja tidaklah cukup untuk mengurai kemacetan, sehingga tetap harus ada petugas maupun warga yang turun mengatur jalan. Hal ini dilakukan mengingat seringnya terjadi serobot antarkendaraan.
“Lebih baik dimatikan (traffic light), dan ada yang jaga. Itu penting, karena kita jaga saja banyak kejadian walau tak begitu fatal. Sepeda motor mobil kadang gesekan, apalagi nggak ada yang jaga. Kalo nggak macet dihidupkan bagus,” katanya.
Selama membantu mengatur lalu lintas, pihaknya mengaku selalu berkoordinasi dengan aparat dan pemerintah desa setempat.
“Pihak setempat membolehkan. Cuma dibilangin hati-hati kalau butuh bantuan koordinasi. Walau untuk kontrol, aparat PJR (patroli jalan raya), satlantas, dan polsek siaga semua. Mereka akan patroli dua jam sekali,” imbuhnya. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Harianmuria.com)