Harianmuria.com – Ki Ageng Tarub atau Joko Tarub diperkirakan lahir awal abad 14 dengan nama Sayyid Ibrahim anak dari Syekh Maulana Maghribi atau yang dikenal Sunan Gerik keturunan Syekh Jumadil Kubro.
Sementara Joko Tarub diperkirakan wafat sekitar abad 14 dan dimakamkan di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Purwodadi. Jika menempuh perjalanan dari Alun-Alun Purwodadi, jaraknya sekitar 14 Km dengan waktu tempuh 25-30 menit.
Joko Tarub sendiri merupakan tokoh yang cukup lekat di masyarakat. Keberadaan makam tempat pengistirahatan terakhirnya itu menunjukkan bahwa dirinya bukanlah sekedar legenda atau tokoh imajiner belaka.
Saat kecil Joko Tarub diasuh oleh Dewi Kasihan, seorang janda yang ditinggal meninggal suaminya bernama Aryo Penanggungan dan belum dikarunai anak. Joko Tarub yang tanpa sengaja melihat bakal ibu angkatnya itu tengah menangis di pusara suaminya, ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi putranya.
Singkat cerita Joko Tarub lalu menikah dengan Dewi Nawang Wulan, bidadari yang selendangnya tidak sengaja terbawa olehnya. Dari pernikahannya itu lahirlah anak yang diberi nama Dewi Nawangsih. Beranjak dewasa, putri dari Ki Ageng Tarub itupun akhirnya dipersunting oleh Prabu Brawijaya V, yakni Bondan Kejawen.
Lewat pernikahan Brawijaya V dengan Dewi Nawangasih inilah lahir Ki Ageng Getas Pendodo. Kemudian setelah anak ini dewasa, Ki Ageng Getas Pendowo menikah dan memiliki anak bernama Ki Ageng Selo. Dari keturunan Ki Ageng Selo. Dari keturunan Raden Bondan Kejawen inilah yang kemudian lahir para raja Matararam Islam di pulau Jawa dan sampai sekarang menjadi Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman. Karena alasan inilah, Ki Ageng Tarub disebut sebagai punjer atau leluhurnya para raja di Jawa.
Semasa hidupnya, Ki Ageng Tarub merupakan tokoh yang memiliki pengaruh besar di masyarakat pada zaman itu. Ia seringkali memberikan teladan yang baik dan seringkali dijadikan tempat tujuan manakala tengah terjadi permasalahan dan persilisihan. Sosoknya pun masih dikenang terlebih pada peringatan haulnya yang diperingati setiap tanggal 15 Safar.
Selain itu, Ki Ageng Tarub juga dikenal sebagai sosok yang zuhud, banyak tirakat, dan dermawan. Hingga kini sosok yang dikenal memiliki karomah itu makamnya sering dikunjungi para peziarah. Banyak warga berkunjung baik dari dalam maupun luar kota ingin melantunkan bacaan doa di makamnya.
Suasana makam Ki Ageng Tarub pun tenang dan sejuk, sehingga banyak peziarah khusyuk berdoa di sana. Bangunannya berupa genteng susun tiga dengan lantai dan dinding porselin putih. Sedangkan di dalamnya didominasi warna hijau. Kemudian di sekeliling makam terdapat pagar semen dan potongan pipa besi dengan kelambu penutup makam berwarna putih. (Lingkar Network | Harianmuria.com)