PATI, Harianmuria.com – Keberadaan penyakit sifilis yang merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS), jarang menjadi sorotan masyarakat. Padahal secara data nasional, angkanya dari tahun ke tahun selalu meningkat, dan paling banyak didominasi usia produktif. Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati sendiri menyebutkan, telah ditemukan belasan orang yang dikonfirmasi reaktif sifilis sejak Januari lalu.
Penyakit sifilis atau raja singa, menurut data Kementrian Kesehatan dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022) yang awalnya 12 ribu kasus, menjadi hampir 21 ribu. Sedangkan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
“Untuk data kita dari pemeriksaan di Kabupaten Pati, dari Januari sampai April tahun ini. Tercatat ada temuan 14 kasus orang yang terpapar sifilis,” terang Aviani Tritanti Venusia, selaku Kepala Dinkes Kabupaten Pati ketika ditemui di ruangannya pada Kamis (8/6).
Aviani mengungkap, data tersebut diambil dari pemeriksaan pada 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pati dengan dilakukan sebanyak 10.424 tes pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan, angka paling banyak ditemukan di Puskesmas Tambakromo dan Puskesmas Tayu 1. Masing-masing puskesmas tersebut ditemukan 3 orang yang reaktif selama pemeriksaan sejak awal tahun 2023.
“Selama ini kita ada pengobatan di RSUD Suwondo. Penyakit yang masuk kategori Infeksi Menular Seksual (IMS) ditangani di sana. Seperti pengobatan rutin HIV Aids, obat peredanya disediakan di sana,” jelasnya.
Pihaknya mengimbau agar masyarakat lebih menghindari penyebaran penyakit tersebut. Sebab dari banyak kasus pasien yang sudah terpapar, para penyintas sebelumnya mengaku memiliki gaya hidup seksual bebas. Mereka hanya melihat sekilas pasangannya secara fisik, dan tidak memastikan terlebih dahulu apakah pasangannya memiliki penyakit menular seksual.
“Jadi biasanya banyak orang merasa bersih, padahal telah melakukan hubungan seksual secara bebas. Mereka hanya melihat dari bentuk fisik pasangannya, tetapi tidak dipastikan membawa penyakit menular seksual atau tidak,”jelasnya.
Selain itu, Aviani menyebut jika penyakit seksual disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang kurang memastikan kebersihan sebelum melakukan hubungan badan.
“Kita imbau kepada masyarakat hindari pola gaya hidup yang berpotensi terpapar penyakit seksual, tidak hanya sifilis. Sebab banyak penyakit yang berhubungan dengan seksual, seperti sifilis yang perlu diwaspadai,” tandasnya. (Lingkar Network | Khairul Mishbah – Harianmuria.com)