BLORA, Harianmuria.com – Rencana pendirian Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Kabupaten Blora menuai penolakan dari sebagian besar pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Kabupaten Blora.
Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat yang diselenggarakan di Ruang Rapat Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Blora, Kamis (15/5/2025) pukul 13.00 WIB. Rapat yang dipimpin Wakil Bupati (Wabup) Blora Sri Setyorini itu dihadiri enam pimpinan PTS di Blora.
“Dalam rapat tersebut, empat PTS menolak rencana pendirian kampus UNY di Blora, dua PTS menerima,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Blora Mahbub Junaidi, Kamis (15/5/2025).
Berdasarkan hasil rapat, ujar Mahbub, selanjutnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora akan melakukan kajian rencana pendirian kampus tersebut. “Kami akan kaji dan komunikasi dengan DPRD Blora,” tuturnya.
Saat membuka rapat, Wabup Rini mengatakan bahwa pendirian kampus UNY di Blora merupakan hibah dan keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk pandangan masyarakat.
“Lokasi yang dipertimbangkan untuk PSDKU UNY adalah Kecamatan Cepu, karena strategis dan dekat dengan stasiun kereta api, serta sejalan dengan program kerja Bupati Blora untuk pembangunan Cepu Raya,” ungkap Rini.
Wabup juga menekankan bahwa pendirian kampus UNY seharusnya menjadi ajang kolaborasi, bukan persaingan, sesuai dengan program Merdeka Belajar/Kampus Merdeka.
Rencana tersebut menuai penolakan dari mayoritas pimpinan PTS. Mereka menilai keberadaan kampus UNY yang besar – dengan prodi sama dan dukungan fasilitas serta banyak guru besar – akan membuat PTS yang ada di Blora nantinya kalah bersaing.
Pembina Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu Yudhi Sancoyo menyatakan keberatan jika kampus UNY ditempatkan di Kecamatan Cepu. Menurutnya, penentuan lokasi institusi pendidikan seharusnya mempertimbangkan aspek historis.
“Mengapa UNY yang dipilih, padahal tidak memiliki sejarah di Blora? Berbeda dengan STTR yang memiliki akar sejarah di Blora,” ungkapnya.
Yudhi menekankan bahwa Pemkab seharusnya memprioritaskan pengembangan pendidikan yang sudah ada untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Blora, serta memberikan dukungan kepada PTS.
“Kami khawatir kehadiran UNY akan membuat PTS di Blora kalah bersaing dan tidak diminati,” ucapnya.
Pendapat berbeda diungkapkan Kapusdiklat Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu R Edi Prasodjo. Ia menyampaikan dukungan dari Direktur PPSDM Migas terhadap rencana pendirian kampus UNY di Blora.
“Ini adalah momentum yang baik untuk berkolaborasi antara UNY, PPSDM Migas, dan perguruan tinggi lainnya,” tandasnya
Namun, terkait lokasi, Edi menyarankan agar dilakukan kajian yang matang dan komprehensif, serta harus ada nilai tambah bagi masyarakat dan Pemkab Blora.
(SUBEKAN – Harianmuria.com)