BLORA, Harianmuria.com – Pendidikan di pondok pesantren yang mulanya menjadi alternatif pendidikan kini banyak diminati masyarakat. Pasalnya kini pendidikan di ponpes tidak hanya memberikan pendidikan seputar agama tetapi juga ilmu lainnya secara umum seperti di pondok modern Al-Ittihad Cepu, Kabupaten Blora.
Menyusul tahun dimulainya ajaran 2023/2024, jumlah calon santri yang mendaftar di ponpes modern Al-Ittihad lebih tinggi ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Bahkan pihak ponpes harus membatasi jumlah pendaftar untuk menyesuaikan kapasitas asrama.
Pengasuh Ponpes Modern Al-Ittihad Cepu, Kiai Chasbullah mengatakan, bahwa penerimaan calon santri baru sengaja dibatasi disesuaikan dengan kapasitas asrama. Pihaknya menyebut hanya menerima 60 calon santri baru setiap tahunnya.
“Biar tidak berdesakan dan santri lebih nyaman. Sudah semestinya santri lebih fokus dalam menambah ilmu di pondok pesantren,” ujarnya, pada Rabu, 14 Juni 2023.
Sejak dibuka masa pendaftaran, pondok pesantren yang ada di Kelurahan Tambakromo Kecamatan Cepu Kabupaten Blora ini banyak diserbu pendaftar dari berbagai daerah, bahkan luar provinsi.
“Kebanyakan mereka datang dari luar Cepu,” ungkapnya.
Sampai saat ini, santri dari luar Cepu yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Al-Ittihad Cepu berasal dari Bekasi, Cikarang, Cirebon, Tangerang, Rembang, Surabaya, dan Bojonegoro. Menurut Chasbullah banyak santri dari luar daerah menjadi pemicu untuk lebih meningkatkan pendidikan di ponpes yang diasuhnya.
“Kepercayaan masyarakat yang makin meningkat ini membuat kami sebagai pengelola harus selalu berbenah mengikuti perkembangan dunia pendidikan,” tambahnya.
Meski baru beroperasional selama tiga tahun, dia menyebut Ponpes Al-Ittihad sudah banyak menorehkan prestasi. Para santri sering mengikuti kompetisi baik tingkat kabupaten hingga provinsi.
Terpisah, salah satu ustaz Ponpes Al-Ittihad Sucipto menyebutkan salah satu program unggulan di ponpes ini adalah pengembangan bahasa. Mulai dari bahasa Jawa krama hingga bahasa Inggris, Arab, Mandarin diajarkan di pondok pesantren modern yang diampunya.
“Menjadi santri itu tidak harus pandai ilmu agama saja. Tetapi harus menguasai ilmu yang lainnya juga. Bahasa asing ini menjadi nilai tambah bagi santri untuk mempersiapkan masa depannya,” jelasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Lingkarjateng.id)