PATI, Harianmuria.com – Selain terdapat makam Syekh Jangkung, tepat di samping berdiri sebuah museum yang berisi barang-barang peninggalan Syekh Jangkung atau Syekh Syarifuddin alias Mbah Saridin.
Museum Syekh Jangkung ini terletak di di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Lokasi ini tidak terlalu memakan waktu perjalanan apabila dilaju dari alun-alun kota Pati. Pengunjung hanya membutuhkan waktu sekiranya 30 menit saja menggunakan motor. Namun jangan khawatir, akses menuju museum juga mudah dilalui mobil ataupun bus.
Sudirman (67), selaku juru kunci museum mengungkapkan bahwa ia menjadi juru kunci sejak tahun 2004 silam. Ia menjelaskan, museum ini didirikan pada tahun 2004 dan selalu dibuka selama 24 jam karena banyaknya peziarah makam yang juga ingin sekalian mampir berkunjung.
“Museum ini didirikan pada masa juru kunci pertama mbah Haryo Damhari Antokusumo pada tahun 2004, lalu saya menjadi juru kunci menggantikannya. Museum ini dikunjungi oleh para kyai lokal, maupun penjuru dunia jadi selalu ramai dikunjungi.” Ujar Sodikin pada Jumat (16/9).
Di dalam museum, terdapat berbagai peninggalan seperti lesung, benda pusaka, sepeda onthel kuno, kerangka tulang kebo Landoh yang ditemukan sejak awal pembangunan museum, patung kerbau, batu Bancis Wodlu, batu fosil dari kotoran kerbau, kelapa sekantheth, dan lainnya.
“Namun yang menarik yaitu adanya patung kerbau yang menjadi simbol bahwa dahulu Syekh Jangkung suka dengan hewan, karena baginya kerbau sangat banyak membantu kegiatan para petani.” Ujar Sodikin
Karena hampir seharian tidak pernah ditutup, baik para penjaga sandal, toilet sampai juru kunci saling bergantian dan membentuk jadwal shift. Sodikin menyubut, alasan dibukanya museum sepanjang waktu karena banyak pengunjung datang membawa maksud pribadi, entah perihal duniawi atau ukrowi. Para penjaga itulah yang membersihkan museum sesuai dengan jadwal mereka atau kondisional.
Sudirman mengungkap, pusaka yang ada di museum tidak boleh sembarangan dicuci pada waktu tertentu. Melainkan semuanya akan ikut dibersihkan pada saat menjelang haul Syekh Jangkung. Hal tersebut lantaran karena pada zaman dahulu Syekh Jangkung ketika perang tidak pernah mengalahkan musuhnya dengan senjata.
Selain itu, museum ini tidak pernah sepi oleh pengunjung. Bahkan terdapat hari tertentu yang menjadi puncak keramaian para peziarah yang datang mengunjungi museum, yaitu setiap hari Kamis malam Jumat legi dan pahing.
Tidak ada tiket masuk untuk mengunjungi museum ini. Namun bagi setiap pengunjung yang ingin menyumbangkan uang untuk biaya operasional, di sana juga di sediakan kotak amal.
Di akhir penjelasannya kepada tim Harianmuria.com, Sudirman menyelipkan harapannya agar museum Syekh Jangkung ini menjadi museum pusat di kabupaten Pati. Mengingat di Pati sendiri belum ada museum selain museum Syekh Jangkung. (Kontributor Uin – Harianmuria.com)