PATI, Harianmuria.com – Petani di Desa Sokopuluhan, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati terpaksa harus pindah komoditas tanaman lantaran mengalami gagal panen pada Musim Tanam ll lalu.
Diketahui, pada MT ll lalu para petani tadah hujan di wilayah Pati selatan menanam padi. Tetapi para petani mengalami gagal panen akibat tidak adanya suplai air.
Mereka pun harus menebang tanaman padinya meskipun belum berbulir. Lebih parahnya, sebagian petani membiarkan tanaman padinya sembari menunggu musim hujan tiba.
Sedangkan sebagain petani lainnya, tetap menanami lahannya dengan tembakau. Seperti yang dilakukan Warimen (61), petani asal Sokopuluhan ini memilih menanami sawahnya dengan tembakau.
Ia menilai, tanaman tembakau lebih menguntungkan dibandingkan tanaman palawija yang sama-sama ditanam pada musim kemarau.
“Kalau kacang. Kalau ada airnya mudah tembakau. Kendalanya air saja,” ujarnya sembari mengompres tanamannya dengan obat pada Kamis, 1 Agustus 2024.
Selain itu, ia juga mengaku tak perlu membeli bibit untuk menanam tembakau karena sudah mendapat jatah dari pabrik.
“Ini bibit dari pabrik, bibitnya sasetan, dipinjami pabrik,” paparnya.
Tak hanya itu, pada saat panen biayanya juga ditanggung oleh pabrik, sedangkan para petani hanya bermodal lahan dan perawatan tanaman saja.
“Ini bakal dipotong kalau sudah panen, disetorkan. Iya dimodali pabrik. PT. Sadhana Arifnusa, Rembang,” ungkapnya.
Hal serupa juga dilakukan Donah (35). Ia mengaku baru mencoba menanam tembakau setelah gagal panen saat menanam padi beberapa waktu lalu.
“Baru mencoba mas, coba-coba. Kemarin kan tanahnya kering. Kalau biasanya ya kacang atau jagung,” imbuhnya.
Donah menyebut harga jual tembakau saat ini mampu menyentuh Rp 40 ribu per kilogramnya.
“Sekarang Rp 40 ribu. Lagi mahal,” ungkapnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Harianmuria.com)