REMBANG, Harianmuria.com – Ancaman Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak membuat warga risau. Seperti yang dialami seorang warga di Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu yang mengaku was-was dengan penyebaran penyakit ini.
Bambang Gunawan, warga Desa Mlatirejo mengungkapkan saat ini penyebaran PMK di Desanya cukup cepat. Dirinya mengungkap, dalam satu rumah terdapat 2-3 sapi yang mati akibat akibat PMK.
Tak hanya itu, kondisi sapi yang sakit menjadikan harga jualnya menjadi murah dan bahkan sulit untuk ditawarkan. Kondisi ini pun tentu memukul perekonomian masyarakat setempat.
“Yang kena sapi, penularan ngeri sekali mas, menjalarnya cepat. Pembeli jarang ada yang mau. Kalaupun mau, belinya ya murah sekali,” ungkapnya.
Seorang perangkat desa Mlatirejo Kecamatan Bulu, Riyadi menceritakan, dulu saat ramai wabah PMK tahun 2022 lalu, desanya yang berbatasan dengan Kecamatan Sumber tergolong masih aman.
Tapi kasus baru meledak pada awal Januari 2023 ini. Dirinya menduga kuat, adanya wabah PMK diakibatkan salah satu ternak yang tertular dari desa tetangga di Kecamatan Sumber.
“Duluan sana yang kena, mungkin virusnya nyebar lewat udara atau bagaimana, kemudian menular ke desa kami, tapi baru sebatas dugaan ya, soalnya antar desa saling berdekatan,” ujarnya.
Riyadi memperinci tanda gejala serangan, diantaranya sapi tidak mau makan, terdapat luka di bagian mulut dan kaki, serta keluar air liur sangat banyak. Setelah itu, sapi tidak bisa berdiri. Tak berselang lama, sapi akhirnya terkapar mati.
“Sangking banyaknya air liur, lantai kandang itu sampai basah semua. Kalau sudah ndeprok (tidak bisa berdiri), biasanya sulit diatasi,” imbuhnya.
Ia memperkirakan, hampir 100 persen ternak sapi di kampungnya sudah terjangkit PMK. Sedangkan yang mati mencapai 25 ekor. Kalaupun ada sapi yang masih hidup, oleh pemiliknya terpaksa dijual dengan harga murah karena khawatir menanggung rugi terlalu banyak.
Harga yang ditawarkan pun memiliki selisih sangat jauh. Ia mencontohkan, pada saat normal bisa laku Rp 20 Juta, sekarang hanya laku Rp 2-4 Juta.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menanggapi sudah memerintahkan tim untuk segera melakukan pengecekan, sekaligus berkoordinasi dengan jajaran kecamatan.
“Begitu kami dapat laporan, langsung saya arahkan kepada tim untuk cek lapangan. Siang ini akan dikoordinasikan dengan kecamatan, mengenai langkah-langkah selanjutnya,” pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)