BLORA, Harianmuria.com – Lebih dari setahun nasib pedagang pasar tradisional Ngawen, Blora terkatung-katung usai insiden kebakaran hebat di pasar tersebut pada 9 Januari 2024.
Karena pasar belum dibangun kembali, para pedagang mendirikan tenda-tenda darurat sebagai lapak untuk berjualan. Lapak itu bertiang kayu dengan atap ala kadarnya.
Para pedagang menempati lorong-lorong pasar, sebagian di pinggir-pinggir kios yang telah terbakar. Sekitar 100 hingga 200 pedagang saja yang memaksakan tetap berjualan, dari 1000 pedagang yang terdampak kebakaran tahun lalu.
Kebakaran Pasar Ngawen menimbulkan kerugian materiil Rp30,6 miliar, meliputi nilai bangunan Rp15,5 miliar, kerugian 60 pedagang kios sebesar Rp608 juta, kerugian 800 pedagang los Rp14,29 miliar, kerugian 150 pedagang dasaran Rp300 juta.
Ali, seorang pedagang yang terpaksa menggelar lapak darurat menuturkan, para pedagang bingung kenapa pasar tak kunjung dibangun kembali. Padahal, pejabat pemerintah sudah melakukan peninjauan berkali-kali.
“Dulu Pak Presiden Jokowi juga sudah ke sini, sampai presiden berganti juga belum dibangun,” keluhnya.
Ali mengaku terpaksa membuat lapak darurat agar tetap bisa berjualan. Sebab, berdagang di pasar tradisional Ngawen adalah mata pencahariannya sehari-hari.
“Ya meski panas, ya terpaksa. Mau bagaimana lagi?” ujarnya.
Para pedagang berharap pemerintah segera membangun pasar tersebut, sehingga mereka segera bisa berjualan dengan normal kembali.
Sebelumnya, Bupati Blora Arief Rohman, pascapelantikan periode kedua, sudah melakukan lobi ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk meminta bantuan pembangunan Pasar Ngawen.
Saat itu Arief meminta kejelasan proses pengajuan pembangunan Pasar Ngawen dan stadion, mengingat tahun lalu pengajuan pembangunan dilakukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kini kementerian tersebut berganti menjadi Kementerian PU.
Selain melakukan lobi, Bupati Blora juga mempersiapkan plan B dengan mendatangkan investor untuk pembangunan Pasar Ngawen.
(EKO WICAKSONO – Harianmuria.com)