REMBANG, Harianmuria.com – Beberapa rumah yang terletak di Desa Sumberjo terancam longsor. Hal ini disebabkan tingginya gelombang air laut yang berimbas pada naiknya debit air yang sedikit demi sedikit menggerus tanah di tepian sungai Karanggeneng.
Tidak hanya rumah, tanah di tepian jalan desa yang ada di pinggiran sungai juga sudah merosot. Untuk penanganan sementara, warga setempat telah membuat pancang dari bambu agar aspal jalan tidak ikut tergerus.
Ketua RW 6 Desa Sumberjo, Faizin, mengatakan sebelumnya sudah ada tiga rumah yang terkena fenomena tanah bergerak dan anjlok terjadi di Dusun Grajen, Desa Sumberjo. Namun ketiga keluarga tersebut sudah mendapat bantuan dengan menempati hunian sementara.
Sekarang ini ada tiga rumah lagi di bantaran sungai yang kondisinya terancam runtuh akibat tanahnya tergerus air. Bahkan ada satu rumah yang saat ini kondisinya sudah ambruk rata dengan tanah.
“Sementara ada enam rumah itu, cuma tambah satu yang ada di bantaran sungai milik Puji Raharjo. Itu rumahnya sudah hilang karena rumahnya di bantaran,” ungkapnya, Rabu (28/12).
Pihaknya meminta kepada pemerintah agar segera menangani permasalahan tersebut. Sebab jika dibiarkan, tanah di pinggiran sungai yang bermuara langsung ke laut itu akan semakin hilang.
“Kemarin kan bilangnya akan ada tim untuk survei. Tapi dari kemarin sampai sekarang itu tidak ada, artinya kan belum. Jadi kalau belum berarti kan masih lama lagi, padahal ini urgent,” bebernya.
Sementara itu, Kepala BPBD Rembang Sri Jarwati mengatakan penanganan terkait sungai ini merupakan kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Sehingga, Pemerintah Daerah tidak diperkenankan untuk melakukan penanganan terkait permasalahan sungai tersebut.
“Kepada BBWS saya sudah share lokasinya, entah sekarang atau besok datangnya yang penting saya sudah share dan mau kesini,” kata dia.
Saat ini, Pemerintah Daerah hanya bisa melakukan penanganan darurat yang bersifat sementara berupa pancang bambu dan geobag yang diisi dengan pasir untuk menahan tanah agar tidak longsor.
“Kalau penanganan darurat, sudah disiapkan bronjong. Tapi batunya dari desa dan tenaganya kerja bakti silahkan,” terangnya.
Sedangkan untuk jalan desa yang hampir tergerus, untuk sementara juga harus ditangani dengan geobag. Menurutnya, Kerjasama antar warga sangat dibutuhkan untuk penanganan darurat menggunakan geobag itu.
“Warganya perlu digerakkan, karena penanggulangan bencana itu tanggung jawab bersama utamanya masyarakat,” pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Harianmuria.com)