JEPARA, Harianmuria.com – Minat generasi muda Jepara untuk terjun ke dunia ukir semakin menurun. Hal ini disebabkan kurangnya kesejahteraan para pekerja.
“Pengukir sekarang sudah tua-tua, pemuda sekarang kurang berminat dan belajar. Pekerja ukir di Jepara itu kurang dihargai dibandingkan dengan tukang kasar seperti tukang batu, tukang bangunan,” ungkap Ketua Jurusan Kriya Kayu SMKN 2 Jepara Rustam, Rabu, 23 Oktober 2024.
Selain itu, faktor kesejahteraan atau upah yang didapat tidak sesuai ekspektasi sehingga pekerjaan ukir tidak menjadi opsi bagi anak muda Jepara saat ini.
“Itu lebih mahal tukang kasar, katakanlah dalam sehari saja untuk pembantu tukang bangunan bisa sampai Rp 70 ribu dan tukang bangunannya bisa sampai Rp 150-200 ribu. Tapi kalau tukang ukir sehari tidak nentu. Sehingga pemuda-pemuda kalau mencari uang lebih milih ke pabrik,” ungkap Rustam.
Generasi Pengrajin Ukir di Jepara Sepi Peminat, Apa Alasannya?
Selain itu, lanjut Rustam, durasi waktu pembelajaran ukir juga berkurang jika dibandingkan dengan dulu.
“Kalau dulu itu full mengukir sehingga lulusan dari sini langsung bisa bekerja mengukir,” ujarnya.
Maka dari itu, pihaknya pun sangat mendukung jika anak-anak dari SMP sudah mendapatkan materi tentang ukir. Harapannya ketika anak-anak yang berminat melanjutkan terjun ke jurusan ukir di sekolah kejuruan dapat lebih mudah.
“Minimal satu tahun penuh belajar. Karena pengukir itu harus mengetahui alat-alat dan fungsinya, serat kayu, dan lainnya, sehingga membutuhkan waktu yang lama. Itu hanya untuk jenis ukir biasa, kalau ukir relief lebih lama lagi,” terangnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Harianmuria.com)