BLORA, Harianmuria.com – Sulitnya mencari pekerjaan membuat ratusan warga Blora memilih mengadu nasib untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Data Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan (Dinperinaker) Blora menunjukkan, hingga akhir tahun 2024 tercatat 150 orang warga Blora yang menjadi pekerja migran.
Menurut Kepala Dinperinaker Blora Endro Budi Darmawan, faktor ekonomi dan gaji yang besar di luar negeri dibanding di negara sendiri menjadi alasan warga untuk menjadi TKI.
“Tren jumlah TKI dari Blora meningkat. Warga yang menjadi TKI tahun lalu berasal dari 16 kecamatan,” katanya, Senin (7/4/2025).
Endro menjelaskan, TKI terbanyak dari Kecamatan Todanan yakni 61 orang, disusul Kecamatan Cepu 14 orang dan Kecamatan Blora 11 orang. Tujuan mereka di negara Malaysia, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan (Korsel), Yordania, Arab Saudi, Brunei Darussalam, Kroasia, Singapura, Polandia.
“Kebanyakan pekerja migran ini menjadi asisten rumah tangga, pekerja perkapalan, dan pekerja pabrik,” ungkapnya.
Salah seorang warga di Kecamatan Randublatung, Santi, mengungkapkan keinginannya untuk berangkat ke negara Taiwan untuk mengadu nasib. Ia menyebut sulitnya mencari pekerjaan dan ingin meningkatkan ekonomi keluarga menjadi alasan dirinya ingin menjadi TKI.
Saat ini Santi tengah belajar dan kursus bahasa agar nantinya bisa lebih lancar berkomunikasi di negara tujuan.
“Di sini juga susah mencari kerja, pengin sekalian merantau ke luar negeri. Hasilnya nanti untuk bangun rumah,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan oleh salah satu warga Cepu yang enggan disebut namanya. Ia ingin menjadi TKI di Korsel untuk memperbaiki ekonomi keluarga, karena saat ini sulit mencari pekerjaan.
“Saya sudah ikut pelatihan bahasa Korea, dan kemungkinan tahun ini berangkat,” tutur pria 23 tahun itu.
Pria tamatan SMA tersebut mengaku kesehariannya bekerja membantu orang tuanya berjualan bahan dapur dan sayuran. Setiap pagi ia belanja di pasar kemudian berjualan di halaman rumah. Beberapa kali, dirinya berjualan sambil menggunakan rengkek.
‘Beberapa kali saya jualan keliling menggunakan rengkek, menyediakan jasa pembelian bahan masakan ibu-ibu ketika ada hajatan,” tuturnya.
Dinperinaker Blora menghimbau agar para calon pekerja migran yang ingin berangkat melalui agensi resmi. Sebab jika melalui jalur ilegal, pemerintah akan sulit memberikan bantuan jika terjadi masalah saat bekerja.
“Pastikan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) resmi, dan sebelum berangkat mendaftar dulu di Disperinaker,” kata Endro.
Ia juga mewanti-wanti warga jangan sampai tertipu calo yang menjanjikan gaji besar, tapi dengan cara menjadi TKI ilegal. “Untuk kasus ini biasanya di desa-desa, tapi untuk saat ini di Blora tidak ada laporan terkait itu,” tutup Endro.
(HANAFI – Harianmuria.com)