PATI, Harianmuria.com – Era sound horeg di Kabupaten Pati resmi berakhir. Mulai kini, istilah tersebut diganti menjadi sound karnaval. Ini menjadi salah satu kesepakatan penting antara pemerintah daerah dan para pengusaha sound system agar hiburan rakyat tetap berjalan tanpa mengganggu ketertiban umum.
“Kesepakatan yang pertama, sound horeg berubah nama menjadi sound karnaval,” tegas Bupati Pati, Sudewo, usai menggelar audiensi bersama 34 perwakilan Paguyuban Sound Horeg Kabupaten Pati di Pendapa Kabupaten, Senin, 2 Juni 2025.
Langkah ini diambil sebagai bentuk solusi atas larangan operasional sound horeg sebelumnya yang membuat ratusan pengusaha sound nyaris kehilangan mata pencaharian. Ketua Paguyuban Sound Horeg Pati, Supriyadi, menyebutkan ada sekitar 260 pengusaha sound yang terdampak langsung oleh surat edaran larangan tersebut.
“Kami datang ke sini untuk wadul kepada Bupati. Setelah ada surat larangan itu, kami berkumpul dan membentuk paguyuban. Harapan kami, ada jalan tengah agar kami tetap bisa mencari nafkah,” kata Supriyadi.
Hasilnya, Pemkab Pati memperbolehkan aktivitas sound kembali berjalan, tetapi dengan empat batasan ketat yang wajib dipatuhi. Empat kesepakatan tersebut adalah:
- Sound system maksimal menggunakan 16 sub single.
- Jumlah kendaraan hanya satu unit truk atau armada.
- Tidak boleh mengikutsertakan penari atau dancer berpakaian seksi.
- Identitas acara harus berupa kirab atau karnaval – bukan pesta hiburan bebas.
Bupati Sudewo menegaskan bahwa pembatasan 16 sub single dilakukan untuk menjaga keamanan lingkungan. “Kalau di atas 16 sub, biasanya terjadi kerusakan bangunan. Dan itu yang dilarang,” katanya.
Kapolresta Pati AKBP Jaka Wahyudi yang turut hadir dalam pertemuan tersebut juga mendukung upaya menjaga ketertiban dan keamanan. Ia berharap pelaku usaha hiburan tetap bisa berjalan tetapi dalam koridor hukum dan sosial yang sehat.
Dengan adanya perubahan nama dan kesepakatan bersama ini, harapan baru muncul bagi pelaku usaha hiburan di Pati. Tidak ada lagi sound horeg yang menyebabkan rumah warga bergetar. Yang ada hanyalah sound karnaval – hiburan rakyat yang lebih tertib, ramah lingkungan, dan tetap menggeliatkan ekonomi lokal.
(NAILIN RA – Harianmuria.com)