KUDUS, Harianmuria.com – Haflatul Hidzaq ke-4 Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria, yang digelar Kamis, 12 Juni 2025, menjadi momen penuh haru dan spiritualitas tinggi. Dalam acara tersebut, pakar Al-Qur’an Dr KH Ahsin Sakho Muhammad MA menyampaikan nasihat mendalam tentang makna perjuangan dan tanggung jawab menjadi hafizah.
“Menghafal Al-Qur’an bukan proses yang mudah. Diperlukan perjuangan, ujian, dan kesabaran luar biasa. Namun, semua ini adalah karunia Allah SWT,” tegas KH Ahsin dalam ceramahnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an Kebon Baru, Arjawinangun, Cirebon itu menganalogikan hafalan Al-Qur’an seperti burung dalam sangkar: “Jika tidak diberi makan dan dijaga dengan penuh perhatian, ia bisa pergi kapan saja. Begitu juga hafalan, harus terus dirawat dengan nderes (murajaah) agar tidak hilang.”
KH Ahsin juga menegaskan, meski penghafal Al-Qur’an termasuk keluarga Allah di muka bumi, mereka tetap harus menjaga akhlak dan perilaku sebagai cerminan isi Al-Qur’an. “Jangan sampai Ahlul Qur’an mencemari kemuliaan itu dengan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,” pesannya.
Ia mengingatkan pentingnya syukur kepada guru dan orang tua atas peran besar mereka dalam mendampingi perjalanan santri. “Bersyukurlah kepada orang tua dan ustaz-ustazah. Tanpa mereka, kalian tak akan sampai di titik ini,” ucapnya.
KH Ahsin menutup mauizahnya dengan penegasan bahwa perjuangan menghafal Al-Qur’an ibarat perjalanan panjang seorang musafir. “Dari satu huruf ke satu ayat, dari kesulitan ke ketekunan. Maka jaga dan peliharalah, karena kemuliaan ini datang bersama tanggung jawab besar di dunia dan akhirat,” tuturnya.
Acara Haflatul Hidzaq ke-4 ini tidak hanya menjadi ajang tasyakuran, tetapi juga momentum refleksi spiritual atas perjuangan panjang para santri dalam menapaki jalan mulia sebagai penjaga kalam Ilahi.
(AROFATUL ULYA – Harianmuria.com)